TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Saiful Mujani Research Center (SMRC), Djayadi Hanan, mengatakan Presiden Joko Widodo alias Jokowi memiliki dua pilihan jika memilih cawapres dari kalangan parpol yaitu Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum Partai Golkar Ailangga Hartarto. Namun, masing-masing dari mereka memiliki kelemahan jika menjadi cawapres Jokowi.
"Dua orang ini punya kelemahan yang sama, yaitu akseptabilitasnya di kalangan masyarakat luas rendah," ujar Djayadi melalui sambungan telepon kepada Tempo, Senin, 16 Juli 2018.
Baca: Muhaimin Iskandar Salah Satu dari Lima Bakal Cawapres Jokowi
Partai Golkar dan PKB memang telah resmi mendukung Jokowi untuk maju dalam pilpres 2019. Tetapi Jokowi belum memutuskan siapa yang akan dia gandeng sebagai cawapres. Dia belum juga memastikan apakah dari politikus atau kalangan lain. Meski demikian, nama Muhaimin (Cak Imin) dan Airlangga sama-sama masuk dalam bursa cawapres Jokowi dari kalangan partai.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto didampingi jajaran pengurus partai menyampaikan keterangan pers terkait Pilkada Serentak 2018 di kantor DPP Partai Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni, Jakarta Barat, Senin, 25 Juni 2018. TEMPO/Budiarti Utami Putri.
Selain dari segi akseptabilitas, menurut Djayadi, keduanya juga memiliki kelemahan yang lain. Sebagai contoh, Djayadi menyebut Airlangga adalah sosok yang tidak mewakili pemilih Islam. "Cak Imin kuat karena dari partai berbasis masa Islam. Itu bisa menutupi kekurangan Jokowi yang dianggap kurang dekat dengan umat Islam," katanya.
Baca: Calon Cawapres Jokowi: Mahfud MD, TGB, Airlangga, hingga Cak Imin
Djayadi menilai Muhaimin lebih loyal kepada Jokowi dibandingkan dengan Airlangga. Sebab, PKB merupakan partai yang telah mendukung Jokowi sejak pilpres 2014. Sedangkan, Golkar baru bergabung memberikan dukungannya kepada Jokowi setelah pemerintahan berjalan. "Dia sudah terbukti sejak awal mendukung Jokowi, walau kemarin baru mendeklarasikan lagi," Djayadi menjelaskan.
Meski memiliki kekurangan, Airlangga juga mempunyai kelebihan dibandingkan dengan Muhaimin. Menurut Djayadi, Airlangga memiliki hubungan yang lebih baik dengan Jokowi di pemerintahan. "Dia sudah cukup lama menjadi menteri Jokowi, sudah lama berhubungan," ucapnya.
Kelebihan Airlangga yang lain, kata Djayadi, dia adalah tokoh yang mempunyai kapasitas di bidang ekonomi dibandingkan Muhaimin. Apalagi, untuk saat ini, menurut Djayadi, tokoh teknokrat seperti Airlangga dibutuhkan dalam pemerintahan. "Itu akan berguna untuk menjalankan pemerintahan, jika Jokowi menang lagi," katanya.
Baca: Soal Jadi Cawapres Jokowi, Cak Imin: Lihat Perkembangan
Walaupun Muhaimin dan Airlangga memiliki kelebihan sebagai cawapres Jokowi, keduanya memiliki kelemahan yang sama, yaitu akseptabilitasnya dibandingkan tokoh nonpartai. "Akseptabilitasnya di kalangan masyarakat luas lebih rendah dibanding calon lain di luar partai," katanya.