TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang biasa disapa JK, mengaku tidak terpikir untuk maju dalam pemilihan presiden 2019 dan berpasangan dengan putra Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. "Saya tidak bisa berikan komentar tentang itu karena saya sendiri tidak tahu. Saya tidak memikirkan hal itu," kata JK di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Kamis, 21 Juni 2018.
JK mengatakan politik bisa berubah-ubah. Jika ada yang menyebutkan masyarakat menginginkannya maju bersama AHY, JK menuturkan bahwa komentar tersebut tidak bisa mewakili seluruh masyarakat Indonesia. "Masyarakat Indonesia penduduknya 290 juta, yang punya hak pilih hampir 200 juta," ujarnya.
Baca: AHY Ajak Milenial Tidak Golput
Komandan Satuan Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono mengatakan partainya tak menutup kemungkinan untuk mencalonkan dia berpasangan dengan Jusuf Kalla pada pemilihan presiden atau pilpres 2019. "Ya pasti, pasti semua opsi kami pertimbangkan," kata AHY di kantor AHY Foundation, Jakarta, Rabu, 13 Juni 2018.
Opsi pencalonan JK-AHY muncul beberapa waktu lalu. Opsi pencalonan JK-AHY ini menggaung setelah Partai Demokrat berencana membentuk koalisi kerakyatan pada pemilihan presiden 2019.
Simak juga: AHY Sebut Kritik kepada Pemerintah Adalah Suara Rakyat
Menurut AHY, Demokrat masih membuka peluang berkoalisi dengan partai mana pun. Dia mengatakan sampai saat ini sikap politik Demokrat masih cair. "Semua opsi kami hitung, kami harus cermat. Harus disesuaikan antara semangat optimisme, tapi juga dengan realitas politik," katanya.
AHY berujar Demokrat terus menjalin komunikasi kepada semua partai politik. Selain itu, Demokrat mempertimbangkan syarat presidential threshold 20 persen suara agar dapat mengusung calon presiden dan wakil presiden. "Katakanlah Demokrat sudah punya 10 persen. Nah, 10 persen lagi dari mana, siapa, siapa yang mengusungnya, ataupun partai mana yang kemudian mengusung siapa, dalam konteks membangun koalisi."