TEMPO.CO, Jakarta - Prabowo Subianto mengatakan Partai Gerindra menjadi benteng terakhir dalam mempertahankan kedaulatan bangsa dan keadilan sosial yang tertuang di UUD 1945.
“Tetapi kita (Gerindra) jangan besar kepala dan menyombongkan diri. Tetapi mungkin itulah kenyataannya. Mungkin tinggal kita yang masih bicara tentang Pasal 33, keadilan sosial, rakyat kecil, kaum tertindas dan lemah,” kata dia lewat video yang diunggah di akun Facebook Prabowo Subianto, kemarin.
Pasal 33 yang dimaksud Prabowo adalah yang tertuang di UUD 1945 ayat tiga. Pasal tesebut berbunyi Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Di video tersebut, Prabowo tidak henti-hentinya menegaskan bahwa Indonesia sekarang sedang berada dalam masa kritis dari segi kedaulatan ekonomi dan politik. Ia mengambil istilah state capture untuk menggambarkan Indonesia yang saat ini sedang dikuasai asing dan swasta. "Sumber ekonomi kita juga sudah lepas kendali dari penguasaan bangsa Indonesia," ujarnya.
Menurut Prabowo, pemerintah sekarang hanya menjadikan UUD 1945 dan Pancasila sebagai slogan. Ia menuding pemerintah kerap melanggar undang-undang dan menjalankan ekonomi tanpa memperhatikan keadilan sosial.
Prabowo mengatakan, kurang dari satu persen bangsa Indonesia yang menikmati kekayaan negara. Bahkan kata dia, tidak lebih dari 300 keluarga dari 250 juta orang yang menikmati kekayaan bangsa Indonesia.
“Bagaimana kita bisa katakan keadilan sosial kalau yang menguasai kekuasaan bangsa kita hanya segelintir orang saja,” kata Prabowo.
Prabowo berpesan kepada kader-kadernya bahwa mereka sedang berada di jalan yang benar. Ia mengatakan partainya punya peran meluruskan arah kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia berada di jalan yang salah. “Gerindra tidak mau jadi kacungnya bangsa asing,” kata Prabowo.
Di akhir video, Prabowo berpesan kepada kadernya untuk tetap tegar dan teguh dalam menghadapi tantangan. Ia mengatakan Gerindra sedang menghadapi tantangan yang berat dalam membela kedaulatan bangsa. “Yang kuat yang menang. Kalau kita lengah, lemah, dan malas, kita akan menjadi budak, jadi kacung,” kata dia.