TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto, memastikan tidak ada negosiasi yang dilakukan aparat keamanan kepada tahanan atau narapidana terorisme dalam kerusuhan di Markas Komando atau Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Ia memastikan tahanan menyerah tanpa syarat.
Wiranto menjelaskan pihaknya telah merencanakan penyerbuan untuk melumpuhkan aksi para narapidana dengan mengepung dan mengisolasi tahanan. "Maka aparat keamanan memberikan ultimatum, bukan negosiasi," ujar dia di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis, 10 Mei 2018.
Baca: Kerusuhan Mako Brimob, Wakapolri: Sudah Tidak Ada Negosiasi
Wiranto menyatakan ultimatum tersebut sudah sesuai dengan Standar Prosedur Operasi. Aparat keamanan, kata dia, telah memberi batas waktu yang harus ditanggapi para tahanan. "Pagi ini batas waktu yang ditentukan, maka sebelum fajar, mereka menyerah tanpa syarat," ujar Wiranto.
Saat memberikan keterangan resmi pemerintah di Mako Brimob, Depok, Jabar, Kamis pagi, Wiranto menjelaskan sebanyak 145 narapidana langsung menyerah tanpa syarat. "Sepuluh melawan," kata dia. Namun, sepuluh narapidana menyerah setelah petugas menyerbu.
Baca: Fahri Hamzah Minta Napi Kasus Terorisme Diisolasi di Pulau
Hari ini, Wiranto memantau Mako Brimob pasca-kerusuhan pada Selasa malam, 8 Mei 2018. Ia didampingi Wakil Kepala Kepolisian Komisaris Jenderal Syafruddin, Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal Budi Gunawan, dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Suhardi Alius.
Wakil Kepala Kepolisian Komisaris Jenderal Syafruddin juga menegaskan tak ada negosiasi antara petugas keamanan dan narapidana. "Karena sudah menyerah, ini proses penanggulangan," ujar dia.
Tiga tembakan pukul 07.15 menandai berakhirnya operasi menangani kerusuhan yang telah berlangsung selama 36 jam di Rumah Tahanan Salemba Cabang Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. "Tidak ada urusan kesepakatan ini," kata Syafruddin.