TEMPO.CO, Jakarta - Panitia seleksi bersama masuk perguruan tinggi di Bandung menemukan sejumlah kendala dari peserta ujian tertulis. Wakil Ketua Panitia Lokal SBMPTN Bandung Arry Bainus mengatakan, kendala itu antara lain gawai tak sesuai dengan yang didaftarkan, peserta berganti gawai, atau belum mengunduh aplikasi untuk ujian di gawainya.
Menurut Arry, beberapa peserta mengaku berganti gawai karena alat yang biasa dipakai rusak atau hilang. "Kalau yang tidak mengunduh aplikasi bilangnya karena lupa, enggak tahu," kata Arry Bainus, Selasa, 8 Mei 2018.
Padahal di pedoman panduan, mengunduh aplikasi bagian dari syarat dan ketentuan bagi peserta. Solusinya sebelum masuk ruang ujian, peserta mengunduh dulu aplikasi untuk ujian. "Yang enggak siap seperti itu ada sekitar 10 orang," ujar Arry.
Adapun pelaksanaan ujian tulis SBMPTN berbasis Android, kata dia, berjalan lancar tanpa gangguan sistem dan jaringan. Mayoritas peserta memakai ponsel cerdas, hanya sedikit yang membawa komputer tablet. "Ujian Android ini juga dipantau langsung staf monitoring dan evaluasi dari panitia SBMPTN pusat," ujar Arry.
Panitia Lokal Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) Bandung 2018 menawarkan cara ujian baru. Peserta bisa ujian dengan menggunakan telepon seluler atau tablet bersistem Android. Untuk sementara, peserta dibatasi hingga 1.000 orang. "Yang daftar seribu tapi yang datang ujian kurang sedikit," kata Arry.
Ujian SBMPTN berbasis Android masuk kategori Ujian Tulis Berbasis Komputer. Lokasi ujiannya di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran di Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Ada persyaratan bagi peserta ujian berbasis Andorid ini. Berikut di antaranya:
- Perangkat Android dengan International Mobile Equipment Identity yang didaftarkan ke panitia.
- Membawa daya cadangan (power bank)
- Kartu SIM (subscriber identity module) harus dikeluarkan dari perangkat.
- Fitur mobile data, bluetooth, dan wifi tethering dimatikan
ANWAR SISWADI