INFO NASIONAL - Bank Mandiri membukukan laba bersih Rp 5,9 triliun pada triwulan I - 2018 atau tumbuh 43,7 persen secara year on year (yoy). Hal itu sejalan dengan upaya perseroan dalam memperbaiki kualitas aset produktif dan penguatan fokus bisnis pada segmen produktif.
Pencapaian itu terutama didorong oleh pendapatan operasional, selain bunga atau fee based income, yang berhasil tumbuh signifikan sebesar 14,7 persen yoy mencapai Rp 6,0 triliun. Di sisi lain, secara keseluruhan biaya operasional terkendali tumbuh single digit.
Baca Juga:
Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, perseroan juga berhasil memperbaiki kualitas kredit, yang terlihat dari penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 3,98 persen pada Triwulan I/2017 menjadi 3,32 persen pada Triwulan II/2017. Sehingga, memangkas alokasi biaya pencadangan perseroan menjadi Rp 3,8 triliun, dari Rp 5,4 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Bank Mandiri juga senantiasa melaksanakan fungsi intermediary-nya melalui penyaluran kredit sebesar Rp 703 triliun pada akhir Maret lalu, atau naik 7,1 persen secara year on year, di mana kontribusi pembiayaan produktif sebesar 77,5 persen dari total portofolio kredit (bank only). Kinerja baik tersebut pun berhasil mendongkrak nilai aset perseroan menjadi Rp 1.098,2 triliun pada akhir triwulan I 2018,” kata Kartika.
Kartika menambahkan, bahwa peningkatan kredit produktif tercermin dari penyaluran kredit investasi yang naik 6,4 persen yoy menjadi Rp 199,7 triliun, dan kredit modal kerja yang mencapai Rp 276,5 triliun.
Baca Juga:
Pertumbuhan laba secara bisnis dikontribusikan oleh dua segmen utama, yakni corporate dan retail, terutama kredit micro dan consumer. Pada akhir Maret 2018, pembiayaan segmen large corporate mencapai Rp 20,9 triliun, tumbuh 8,9 persen yoy, kredit mikro tumbuh 22,6 persen yoy menjadi Rp 85,6 triliun, dan kredit consumer tumbuh 14,7 persen yoy mencapai Rp 79,8 triliun. “Sebagai bank BUMN, kami terus menjaga konsistensi dalam mendukung program-program strategis pemerintah, untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan mendorong pemerataan pembangunan,” kata Kartika.
Contoh nyata dukungan tersebut, terlihat melalui kinerja perseroan dalam penyaluran kredit infrastruktur yang sebesar Rp 137,2 triliun, atau 59 persen dari total komitmen yang telah diberikan hingga Maret 2018 sebesar Rp 232,6 triliun. Kredit tersebut disalurkan kepada 7 sektor utama, yakni transportasi (Rp 36,0 triliun), tenaga listrik (Rp 34,5 triliun), migas & energi terbarukan (Rp 13,6 T), konstruksi (Rp 15,2 triliun), Jalan tol (Rp 9,8 triliun, perumahan rakyat & fasilitas kota (Rp 9,2 triliun), telematika (Rp8,2 triliun), dan infrastruktur lainnya (Rp 10,7 triliun).
Bentuk dukungan lain, juga tercermin pada penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tiga bulan pertama 2018 sebesar Rp 3,55 triliun, sekitar 24,4 persen dari target Rp 14,56 triliun tahun ini. Adapun 41,9 persen dari nilai tersebut atau Rp 1,49 triliun, telah disalurkan kepada sektor produktif, yakni pertanian, perkebunan dan perikanan. Sejak pertama kali disalurkan hingga Maret 2018, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp 51,88 triliun kepada 1,05 juta debitur yang tersebar di seluruh Indonesia.
Untuk merealisasikan peran sebagai agent of development, Bank Mandiri juga terlibat aktif dalam penyaluran program bantuan sosial nasional. Pada Program Keluarga Harapan (PKH), Bank Mandiri telah menyalurkan bantuan sosial sebesar Rp 746,04 miliar kepada 1.210.908 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di seluruh Indonesia. Sedangkan program Bantuan Pangan non Tunai (BPNT) yang disalurkan perusahaan, tercatat sebesar Rp 12,27 miliar yang disalurkan kepada 33.684 KPM. Adapun pelaksanaan program ini, berhasil dilaksanakan dengan dukungan 106.351 agen branchless banking Bank Mandiri.
Kartika juga mengungkapkan, Bank Mandiri berkeinginan untuk menumbuhkan bisnis perseroan secara berkesinambungan, dengan memperkuat struktur pendanaan melalui peningkatan dana murah, menjaga pertumbuhan biaya operasional, serta penyaluran kredit yang lebih prudent, baik di segmen wholesale dan retail.
“Pada triwulan I-2018, pengumpulan dana murah perseroan tercatat tumbuh Rp 31,5 triliun, setara dengan kenaikan 6,8 persen yoy menjadi Rp 497,18 triliun. Pertumbuhan itu ditopang oleh peningkatan tabungan sebesar Rp 23,4 triliun menjadi Rp 310,9 triliun, dan kenaikan giro sebesar Rp 8,1 triliun menjadi Rp 186,2 triliun. Sedangkan cost of fund juga berhasil kami turunkan menjadi 2,6 persen dari posisi akhir Maret tahun lalu yang mencapai 2,9 persen,” kata Kartika.
Sebagai upaya untuk terus meningkatkan penghimpunan dana masyarakat, Bank Mandiri terus mengembangkan jaringan elektronik perseroan, untuk melengkapi 4.948 jaringan kantor cabang yang telah ada. Jaringan elektronik tersebut meliputi 17.429 mesin ATM (termasuk 9.887 ATM Merah Putih), 245.619 mesin EDC, serta layanan sms banking, Mandiri Online dan call center 14000. (*)