INFO NASIONAL— Gelombang kelahiran usaha rintisan (start up) berupa financial technology (fintech) diperkirakan tidak akan mengancam industri perbankan tanah air, justru sebaliknya, keduanya bisa bersinergi untuk meningkatkan kualitas layanan keuangan kepada masyarakat.
Direktur Utama bank bjb Ahmad Irfan mengatakan perbankan harus terus melakukan pemutakhiran teknologi agar bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan meningkatnya start up di bidang fintech.
Baca Juga:
Menurut Ahmad Irfan, dalam kurun waktu dua tahun terakhir, fintech telah mampu meraup transaksi hingga mencapai Rp3 triliun. Ahmad Irfan memprediksi pada 2020 mendatang industri fintech ini akan mampu menghasilkan transaksi hingga Rp7 triliun.
"Artinya, jika perbankan tidak bergerak cepat maka akan tertinggal dari sisi payment. Perbankan akan ketinggalan jika tidak melakukan pemutakhiran teknologi. Adaptasi teknologi tidak dapat ditawar. Tapi jangan takut karena fintech bukan musuh perbankan,"ujarnya.
Pernyataan Ahmad bukan tanpa alasan. Pasalnya, fintech tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan dari perbankan. Artinya, fintech tidak hadir sebagai pesaing dari perbankan atau lembaga keuangan lain. Keduanya dapat saling bersinergi dengan membentuk kolaborasi nyata.
Baca Juga:
Bukti tersebut dicatat oleh Asosiasi Financial Technology Indonesia yang menyatakan bahwa sebanyak 63,9 persen pelaku usaha fintech telah terkoneksi dengan bank melalui Application Programming Interface. "Dengan begitu, fintech hadir sebagai peluang kolaborasi bagi bank dan bukan merupakan ancaman," tutur Ahmad.
"Ritel bank akan tetap tumbuh. Justru akan menjalin simbiosis mutualisme atau kolaborasi bersama fintech. Maka tidak akan saling mematikan karena sifatnya dapat bersinergi dengan pelayanan bank," ujar Ekonom Universitas Pasundan, Acuviarta Kurtabi.
Sinergitas tersebut terbentuk lantaran kedua sektor memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Perbankan memiliki kelebihan dalam lisensi memindahkan dana dari satu rekening ke rekening lain. Kelebihan tersebut tidak dimiliki oleh fintech.
Selain itu, bank memiliki keunggulan komparatif pada data, basis klien, navigasi peraturan, penanganan manajemen risiko, perizinan industri, dan reputasi. Sementara fintech kerap tersandung terkait masalah kepercayaan karena tidak memiliki manajemen risiko yang baik.
Namun, fintech memiliki efisiensi dan efektivitas karena karakternya identik dengan perangkat mobile. Walau pengembangan terkait teknologi digital juga rajin dibenahi perbankan.
"Fintech merupakan bagian dari efisiensi dan percepatan pelayanan. Namun, transaksi bersifat konvensional masih tetap dibutuhkan. Apalagi fintech tidak selamanya bebas dari error," ujar Acuviarta. (*)