TEMPO.CO, Jakarta – Jenderal Gatot Nurmantyo memasuki masa pensiun sebagai prajurit TNI pada hari ini, Sabtu, 31 Maret 2018. Memasuki masa pensiun, mantan Panglima TNI ini melakukan berbagai kegiatan, baik menemui sejumlah pimpinan partai politik, maupun bersafari media. Pada Selasa, 27 Maret lalu, Gatot pun bercerita soal awal kehidupannya di dunia militer di kantor TEMPO.
Masuk dunia militer, Gatot menyatakan memasuki masa pensiun adalah cita-citanya. ”Sejak masuk Akabri, saya menandatangani mengabdi kepada TNI dan negara. Saya yakin cita-cita ini bukan hanya saya melainkan juga keluarga,” kata Gatot saat ngobrol bersama redaksi Tempo dan Ngopi di Kantor.
Baca juga: Gatot Nurmantyo Sebut Rizieq Shihab Jago Sekali tentang Pancasila
Gatot bercerita sejak masuk kelas 5 Sekolah Dasar, telah mendapatkan tugas dari orang tuanya untuk menjaga keenam adiknya. Misalnya, ia sering kena marah jika adik-adiknya tidak tidur siang atau mandi pukul 16.00. “Saya kan anak tertua, adik saya enam. Bapak saya seorang prajurit juga,” katanya.
Gatot juga sering dititipkan uang belanja dari ibunya. “Jadi, saya sudah terbiasa mengambil untung, ha-ha-ha,” kata dia sambil berkelakar.
Dia mengaku punya hobi berkelahi saat kecil. Bermodal sarung tinju, ia sering mengajak teman seumuran di Manado, Sulawesi Utara, berkelahi. “Kalau menang saya beri uang, kadang-kadang pernah sampai babak belur.”
Lahir di Tegal, Jawa Tengah, 13 Maret 1960, Gatot kerap berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti penugasan ayahnya. “Saya tidak punya kampong halaman, saya lahir di Tegal, numpang lahir thok,” ujarnya. Gatot sempat pindah tinggal bersama kakeknya di Cilacap, sebelum pindah ke Solo dan Surabaya.
Tak lama, ia pun pindah ke Manado menghabiskan masa mudanya sebelum masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. “Lulus SMA, saya tidak sempat bermain. Saya langsung masuk Akabri. Selesai Akabri, saya mendapat keberuntungan,” kata Gatot yang masuk Akabri pada 1982.
Keberuntungan Gatot dimulai dengan pertemuan dengan mantan Panglima TNI yang merangkap Menteri Pertahanan dan Keamanan era Presiden Soeharto, Jenderal Edi Sudrajat. Pertemuan itu dilalui Gatot ketika Edi menjabat Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) Siliwangi. “Baru masuk sekitar enam bulan, saya langsung menjadi ajudannya Pak Edi Sudrajat,” ujarnya.
Pertemuan dengan Edi membawa petuah. “Kamu sekarang ini masuk suatu lembaga pendidikan, tapi lembaga pendidikan itu tidak ada dan tidak ada kapan kamu tamat. Tapi, pendidikan ini, apabila kamu berhasil, kamu jadi orang hebat,” ujar Gatot Nurmantyo menirukan kata-kata Edi yang diingat dari awal.