TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya menilai Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto gemar memberikan pernyataan kepada publik namun jarang muncul dalam perdebatan dan diskusi tentang kebijakan pemerintah. Ia menyarankan agar Prabowo turun langsung ke lapangan atau ikut berdiskusi mengenai kebijakan pemerintah.
Langkah itu dinilainya lebih baik ketimbang Prabowo hanya memberikan pernyataan-pernyataan yang dinilai Yunarto bombastis. “Lebih baik apabila Prabowo menawarkan solusi ketimbang hanya memberikan kritik terhadap pemerintahan sekarang,” kata Yunarto kepada Tempo, Rabu 21 Maret 2018.
Baca: Pengamat: Pidato Prabowo Bisa Jadi Bumerang Pilpres 2019 ...
Salah satunya pernyataan yang dinilai Yunanto bombastis adalah pidato Prabowo yang menyatakan Indonesia akan bubar pada 2030. Ia mengatakan pidato itu memberikan kesan Prabowo pesimistis terhadap Indonesia. “Pernyataan seperti ini akan bisa kontraproduktif untuk dirinya sendiri secara elektoral.” Menurut dia, pidato itu sifatnya seperti propaganda, bicara hal besar, dan spekulatif.
Simak: Gerindra dan Semangat Order Baru Dalam Pilpres 2019
Dalam video berdurasi 1 menit 31 detik Prabowo mengenakan baju putih dan dengan tegas mengatakan Indonesia akan bubar pada 2030. Sebelumnya mengatakannya, ia memberikan argumen salah satunya soal kedaulatan negara yang menurutnya 80 persen tanah seluruh negara dikuasai hanya satu persen oleh rakyat Indonesia. “Tidak enak kita bicara, tetapi sudah tidak ada waktu untuk kita pura-pura lagi,” kata Prabowo.
Dalam pidato yang diunggah di media sosial Gerindra, Prabowo mengatakan, "Di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian bahwa Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030."
Baca: Ini Pidato Prabowo Soal Prediksi Indonesia Bubar Tahun 2030
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengatakan pernyataan Prabowo adalah peringatan untuk pemerintahan saat ini. "Itu namanya warning (peringatan). Kita ingin Indonesia lebih dari seribu tahun 2 ribu tahun. Selamanya sampai kiamat kalau perlu ya," kata Fadli di DPP Gerindra, Selasa, 20 Maret 2018.
Namun, jika cara memimpin Indonesia sama seperti saat ini bisa kacau. Fadli meminta masyarakat berkaca pada pengalaman Uni Soviet, sebagai negara kuat tapi terpecah setelah 70 tahun berdiri.
"(Uni Soviet) punya Red Army yang sangat kuat. Nah sekarang ini apa yg disampaikan Pak Prabowo itu warning jangan sampai salah jalan," ujarnya. Kalau salah jalan, Indonesia bisa bubar. Justru kita tidak ingin kita (Indonedia) itu bubar. Jangan sampai kita salah jalan."