TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan lembaganya memprediksi Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau pada akhir bulan April-Juni 2018. Wilayah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bali akan menjadi tiga daerah pertama yang akan memasuki musim kemarau.
"Selanjutnya perkembangan daerah yang akan memasuki bulan kemarau akan bertambah dari bulan ke bulan," kata Dwikorita dalam keterangan tertulisnya di Jakarta pada Kamis, 16 Maret 2018.
Baca: Ada 700 Ribu Petir di Depok dan Bogor, Tertinggi di Indonesia
BMKG memprediksi puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan Agustus-September 2018. Dwikorita mengimbau warga agar tetap waspada saat masa-masa puncak itu terhadap bencana alam seperti kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan.
Meski begitu, ia mengatakan musim kemarau tahun ini tidak akan separah tahun 2015. Sebab, sampai dengan pertengahan tahun 2018, iklim di Indonesia masih dipengaruhi La Nina yang lemah. "Sehingga kemarau tahun ini akan berimplikasi positif pada tanaman palawija dan tanaman semusim yang tidak memerlukan banyak air," kata Dwikorita.
Baca: BMKG Imbau Masyarakat Tiru Cara Orang Jepang Hadapi Gempa
Pada tahun 2015, kemarau di Indonesia terasa sangat panas meski suhunya relatif stabil sekitar 33-37 derajat Celsius. Rasa lebih panas itu dipengaruhi oleh fenomena El Nino yang sedang melanda.
Kebakaran hutan di Indonesia saat musim kemarau tahun 2015 pun disebutkan sebagai yang terburuk sepanjang sejarah. Kebakaran itu juga menimbulkan kabut asap di Sumatera dan Kalimantan yang berdampak pada negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Keadaan kala itu menjadi semakin buruk lantaran fenomena El Nino membuat kondisi cuaca kemarau Indonesia semakin kering. Akibatnya, kata BMKG, musim kemarau menjadi semakin panjang sementara musim hujan tertunda hingga satu bulan.