TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Muhammad Taufik tak menampik soal rendahnya elektabilitas Prabowo Subianto sebagai calon presiden dibandingkan dengan Jokowi. Menurut Taufik, rendahnya elektabilitas Prabowo karena Ketua umum Gerindra itu belum melakukan gerakan.
"Dia aja, enggak ngapa-ngapain, angkanya cukup fantastis," kata Taufik, di Doubel Tree Hotel, Jakarta Pusat, Senin, 12 Maret 2018.
Baca: Pengurus Gerindra Sepakat Usung Prabowo Subianto di Pilpres 2019
Taufik menyakini elektabilitas Prabowo naik jika ia melakukan gèrakan. Apalagi masih ada waktu untuk mengenjot.
Seperti diketahui, simulasi yang dilakukan oleh lembaga survei Poltracking Februari lalu, menunjukkan elektabilitas Jokowi 55,9 persen dan Prabowo di angka 29,9 persen. Berdasarkan survei Indo Barometer pada Desember 2017, elektabilitas Jokowi mencapai 34,9 persen dan Prabowo 12,1 persen. Adapun survei PolMark elektabilitas Jokowi berkisar 50,2 persen dan Prabowo 22 persen.
Baru-baru ini, survei dari Sinergi Data Indonesia di Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan tingkat popularitas Jokowi mencapai 98,60 persen dengan tingkan kesukaan 85,90 persen. Tingkat popularitas Prabowo berada pada 86,30 persen dengan tingkat kesukaan 80,30 persen.
Baca: Saat Kader Gerindra Menanti Keputusan Prabowo untuk Maju Capres
Sementara itu, Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi DPP Gerindra Prasetyo Hadi tidak mengkhawatirkan hasil beberapa lembaga survei yang menunjukkan elektabilitas Prabowo yang kalah dibanding Jokowi.
Menurut dia, survei itu hanya sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan strategi bukan patokan menang atau kalah. "Kami yakin. Insya Allah kami akan menang," katanya.