TEMPO.CO, Jakarta – Peneliti Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, menjelaskan peluang Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Pemenangan Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2019. Menurut dia, AHY memiliki peluang yang cukup besar untuk memenangkan dalam pilpres 2019 jika poros ketiga terbentuk.
Adapun syarat untuk membentuk poros ketiga itu, kata Siti, Partai Demokrat harus memenuhi persyaratan presidential threshold (PT), yakni 20 persen di Dewan Perwakilan Rakyat atau 25 persen suara sah nasional. Demi mencapai jumlah itu, menurut dia, Demokrat harus mau berkoalisi dengan partai lain.
Baca: AHY: Partai Demokrat Tidak Bisa Jalan Sendiri, Perlu Berkoalisi
“Partai Demokrat hanya bisa memenuhi 9-10 persen PT. Minimal harus berkoalisi dengan tiga partai, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) contohnya,” kata Siti saat dihubungi Tempo pada Senin, 12 Maret 2018.
Mengenai potensi AHY di dunia politik, Siti melihat dari tingkat popularitas AHY yang terus naik saat menjadi salah satu calon Gubernur DKI Jakarta 2017-2022. Terlebih untuk yang berskala nasional seperti pilpres, AHY masih didompleng oleh nama besar ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dan para pendukungnya.
Dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2018 Partai Demokrat, AHY menyatakan partai berlambang merci itu akan berkoalisi dengan partai lain. Namun, ia tidak menyebutkan posisi Demokrat dalam koalisi tersebut.
Baca: Pengamat: Demokrat Akan Diuntungkan Jika Bergabung dengan Jokowi
“Saya menyadari partai kita tidak bisa berjalan sendiri. Kita perlu bekerja sama dengan partai lainnya, berkoalisi, agar pikiran dan keringat perjuangan kita bisa menjadi manfaat besar untuk kebaikan bangsa dan negara," ujar AHY. Demokrat juga tidak menyebutkan nama calon presiden atau wakil presiden yang akan diusung.
Selain itu, menurut Siti, AHY memiliki potensi menggalang dukungan dari anak muda. Hal itu dengan melihat gayanya sehari-hari dan rentang usia yang masih tergolong “anak zaman now”. AHY memiliki kelebihan di sektor pemilih tersebut.
“AHY juga harus bisa membaca kebutuhan masyarakat Indonesia yang tidak terpenuhi di rezim ini. Dia bisa mengangkat isu itu dalam mencari dukungan, kalau benar mendaftarkan diri,” kata Siti.