TEMPO.CO, Bandung - Calon gubernur Jawa Barat Tubagus Hasanuddin membenarkan cerita soal Megawati Soekarnoputri yang mempertahankannya di posisi Sekretaris Militer saat Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menjabat Presiden RI. “Saya sempat dibilang orang Habibie. Terus Bu Mega mengatakan masak sih, begitu,” kata TB Hasanuddin di Bandung, 8 Januari 2018.
Saat mengumumkan calon gubernur Jawa Barat di markas PDIP di Lenteng Agung, Jakarta, Minggu, 7 Januari 2018, Megawati sempat mengisahkan dirinya mempertahankan TB Hasanuddin tetap menduduki posisi Sekretaris Militer. Mega mengingatkan bahwa calon yang diusung partainya itu pernah menjadi ajudan presiden.
Baca juga:
Baca: Detik per Detik TB Hasanuddin Diminta Megawati Jadi Cagub Jabar
TB Hasanuddin, lulusan AKABRI 1974 itu juga sebelumnya ditunjuk menjadi ajudan Wakil Presiden Try Sutrisno. “Saya ini prajurit profesional. Saya jadi ajudan Pak Try, saya kerjakan. Jadi ajudan itu siap bawa tas, apa isinya, teu nyaho naon (enggak tahu apa-apa). Masuk lagi (jadi ajudan) Pak Habibie,” kata dia.
Saat menjadi ajudan Habibie, dia menjadi saksi salah satu peristiwa kontroversial soal kabar dilucutinya Prabowo Subianto yang kala itu berpangkat Letnan Jenderal karena memaksa hendak menemui Habibie. Prabowo mendadak datang ke Istana Presiden menemui Habibie yang baru saja mencopotnya dari jabatan Pangkostrad. “Tidak ada cerita bahwa dia dilucuti. Bohong itu. Beliau baik-baik saja,” kata Tubagus.
TB Hasanuddin mengaku tahu persis karena saat itu dirinya menjadi ajudan Habibie. Dia yang memberitahukan Habibie soal kedatangan Prabowo ke Istana Presiden. “Pak, ini ada Pak Prabowo, kenapa Bapak tidak terima? Ndak, kata Sintong (penasihat presiden bidang Hankam) jangan, begitu. Pak ini kan keluarga, kenapa ndak diterima?” kata dia.
Baca: TB Hasanuddin-Anton Charliyan Akan Pakai Strategi Sangkuriang
TB Hasanuddin mengaku dirinya yang meyakinkan Habibie agar bersedia bertemu Prabowo. “Pak mohon maaf, saya ajudan Bapak yang bertanggung jawab soal acara dan lain sebagainya. Kata Habibie saat itu, 'Ya sudah baiknya bagaimana, terima saja, ya sudah',” kata dia.
Dia lalu menjemput Prabowo. “Karena kami di Taruan suka pakai sangkur (sabuk tempat menggantung pistol dan pisau sangkur), kalau mau masuk ke kantor harus dilepas,” kata Tubagus. “Dia (Prabowo) buka juga. Dia Kolonel, saya Letjen, ya saya yang ambil, setelah pertemuan selesai, saya kembalikan lagi. Baik-baik saja, tidak ada ketegangan apa pun seperti cerita lain, ndak.”
TB Hasanuddin mengaku, pertemuan Habibie dan Prabowo jauh dari suasana tegang. “Masuk, ketemu, salaman, pelukan dengan Pak Habibie. Saksinya saya, berdiri di sini. Tidak seperti apa yang dicertitakan, itu biasa-biasa saja,” kata dia.
Presiden Habibie kemudian digantikan oleh Abdurahman Wahid. Presiden yang akrab dengan panggilan Gus Dur itu, sempat meminta Tubagus menjadi pengawalnya. “Kamu ikut saya, ngawal. Ya sudah jadi pengawal Gus Dur. Saya jadi pengawal sambil menunggu pengganti saya datang,” kata dia.
TB Hasanuddin mengatakan, Presiden Aburahman Wahid yang menaikkan pangkatnya jadi jenderal. “Kamu jadi Jenderal, kata Gus Dur, tapi jangan jauh-jauh dari Jakarta ya. Saya ditempatkan di Garnisun (Kepala Staf Garnisun Jakarta). Jadi komandan Garnisun, naik saya jadi jenderal,” kata dia.
Tubagus lalu dipindahkan menjadi Sekretaris Militer Presiden. Sempat digunjingkan sebagai orang Habibie, tapi Megawati tetap mempertahankannya. “Kamu di sini saja,” kata Tubagus menirukan ucapan Megawati saat itu.
TB Hasanuddin masih ingat. Saat menjadi ajudan presiden, sering dapat tambahan uang dari para menteri. “Ini buat rokok, padahal saya enggak ngerokok. Ini buat jajan, begitu,” kata dia.