TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi memanfaatkan momen Hari Ibu untuk melempar sinyal perubahan susunan Kabinet Kerja. Ia berkata tidak menutup kemungkinan menambah jumlah menteri perempuan, mengingat besarnya peran kaum hawa di Indonesia. "Ya, bisa saja, mungkin malah ditambah," ujarnya, seperti dikutip dari siaran pers Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat, 22 Desember 2017.
Mungkinkah sinyal tersebut dilaksanakan lewat reshuffle dalam waktu dekat? Sebab, dua menteri di Kabinet Kerja telah mempunyai agenda politik sendiri. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Sedangkan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa berencana mengikuti pemilihan Gubernur Jawa Timur.
Baca: Ditanya Soal Kerja Kabinet, Jokowi: Ini Arahnya Reshuffle Pasti
Meski demikian, Jokowi belum menyatakan kapan akan mengubah susunan kabinetnya. Juru bicara Istana Kepresidenan, Johan Budi Sapto Prabowo, pun berujar belum ada informasi mengenai reshuffle.
Jokowi menuturkan pemerintah menghargai penguatan peran perempuan di pemerintahan. Itulah mengapa, kata dia, jumlah menteri perempuan di Kabinet Kerja tergolong banyak, yaitu sembilan orang.
Simak: Gus Sholah: Khofifah Tak Perlu Mundur dari Menteri Sosial
Menurut Presiden, Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah menteri perempuan terbanyak. Selain Indonesia, negara yang memiliki banyak menteri perempuan adalah Kanada. "Berarti perempuan di Indonesia sudah diberi peran bagi pemerintah," kata Jokowi.