TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan Gedung Nasional Indonesia (GNI) di Jalan Bubutan, Surabaya, sebagai Museum Dokter Soetomo, Rabu, 29 November 2017. Museum itu menyajikan foto dan informasi mengenai dokter Soetomo sejak masih muda dan bernama lahir Soebroto, keluarganya, semasa sekolah dokter di Batavia, Stovia, semasa sekolah di Belanda, kegiatan-kegiatan organisasi Budi Utomo yang didirikan, pendirian GNI, hingga pasca-kemerdekaan dan kiprahnya sebagai dokter spesialis kulit.
Risma memotong untaian bunga melati sebagai penanda peresmian museum tepat di depan pintu masuk bangunan berlantai dua, bekas salah satu kantor bank kredit yang didirikan Soetomo, di samping belakang GNI. “Museum ini didirikan untuk membangkitkan memori tentang pahlawan untuk anak-anak kita,” katanya dalam sambutannya.
Baca: Dari 400 Museum di Indonesia Hanya 15 Persen ...
Menurut Risma, anak-anak pasti tidak tahu mengapa Surabaya menjadi Kota Pahlawan. Tujuan Museum Dokter Soetomo dibangun di antaranya untuk membangun jiwa kebangsaan. Informasi mengenai Soetomo diharapkan bisa memberikan gambaran mengenai gagasan dan konsep satu bangsa dan satu Tanah Air. “Anak-anak harus tahu konsep itu sehingga mengerti mengapa kita bisa satu bangsa meskipun terdiri dari bermacam-macam suku,” ujarnya.
Dia menilai konsep itu penting bagi generasi muda saat ini untuk “mengobati” rasa kebangsaan warga Surabaya. “Agar national building semakin kuat, agar tidak mudah dipecah belah isu agama dan ras,” ucapnya.
Museum ini juga diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi warga Surabaya dalam berkarya dan menghargai karya para pendahulu. Risma mengaku bekerja membangun Kota Pahlawan ini karena terinspirasi dari perjuangan pahlawan. “Bukan malah merusak. Saya tidak mau menghancurkan karya orang lain,” tuturnya.
Museum ini didirikan untuk mengingatkan warga kota terhadap jasa para pahlawan Indonesia, yang beberapa nama besar di antaranya berasal dari Surabaya, seperti Soekarno, dr Soetomo, Bung Tomo, HOS Tjokroaminoto, dan W.R. Supratman. “Monumen Mastrip pun ada di Surabaya,” katanya. Mastrip merupakan tentara pelajar yang turut berjuang melawan penjajah.
Ia menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Eropa. Masyarakatnya, kata dia, menghargai jasa para tokoh negara. Salah satunya rumah sastrawan Shakespeare, yang dihargai, dipelihara, dan menjadi tujuan wisata. Sedangkan Surabaya menyimpan sejarah perjuangan yang berdarah-darah, yang harus lebih dihargai. “Surabaya tempat besar pemimpin Indonesia,” ujarnya.
Baca juga: Sudah Diresmikan, Mengapa Museum Lapas Belum ...
Soetomo merupakan salah satu pendiri organisasi pemuda Budi Utomo, organisasi modern pertama Indonesia yang digagas dokter Wahidin Sudirohusodo. Organisasi itu didirikan para mahasiswa STOVIA pada 20 Mei 1908. Seotomo, yang biasa dipanggil dengan Pak Tom, juga mendirikan bank kredit, yang salah satu gedungnya dijadikan museum ini, mendirikan perusahaan Asuransi Bumiputera, dan Majalah Panyebar Semangat. Majalah Panyebar Semangat berbahasa Jawa, terbit di Surabaya, dan masih ada hingga saat ini.
Setelah berpidato, Risma menyerahkan empat piagam kepada para pihak yang menyumbangkan bahan untuk Museum Dokter Soetomo. Piagam itu di antaranya diserahkan kepada PT Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT). PDAT menyumbangkan foto untuk museum ini.
Peresmian museum ini menggembirakan Nur, warga Surabaya. Ia mengaku senang GNI, yang sebelumnya adalah tempat pertemuan dan disewakan untuk acara perkawinan, berubah menjadi museum. "Soalnya itu kan makam," katanya.
Dalam pekan ini, Risma meresmikan tiga museum. Selasa, 28 November 2017, Risma meresmikan Museum Tjokroaminoto, bekas rumah HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII, Surabaya. PDAT menyumbangkan foto dan infografis untuk Museum Tjokro.
Kamis, 30 Desember 2017, Risma akan meresmikan Museum W.R. Supratman. Supratman adalah wartawan dan dikenal sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.