TEMPO.CO, Semarang – Pemilihan Gubernur Jawa Tengah dianggap adhem ayem saja oleh Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuziy alias Romy. Keinginan kontestasi politik untuk head to head di Jawa Tengah, kata dia, dianggap sebagai sentimen negatif setelah peristiwa Pemilu 2014 dan Pilkada DKI Jakarta.
“Saya lihat di Jawa Tengah pilgub ini kurang cepet panasnya dibandingkan provinsi sebelahnya. Jabar-Jatim sudah mengkerucut. Di sini seakan tidak ada apa-apa, adhem ayem seperti waton kelakon (asal bisa jalan),” ungkap Romy di Semarang, Minggu 22 Oktober 2017.
Baca: Pilgub Jateng 2018, PPP Tawarkan Koalisi Semangka Bangjo ke PDIP
Untuk menghindar politik yang cenderung primordial di Jawa Tengah, Romy memilih untuk memposisikan diri dengan koalisi Semangka Bangjo (abang ijo atau merah hijau) bersama PDI Perjuangan. Menurutnya, selama ini PDI Perjuangan sering dijadikan sebagai musuh bersama karena partai berlambang banteng tersebut dianggap kuat.
“Seperti yang bisa dilihat saat pilpres, kemudian saat Pilkada DKI Jakarta. Saat itu PDIP menjadi motor mengusung Pak Ahok, sehingga pada titik tertentu diposisikan sebagai common enemy,” tuturnya.
Simak: Pilgub Jateng 2018, Sudirman Said: Gerindra Memberi Sinyal Baik
Menurut Romy dalam pesta demokrasi, yang perlu dipraktikkan adalah pendidikan politik kepada masyarakat. Meskipun kental dengan berbagai sekenario pemenangan, namun dia memandang kondusivitas berpolitik tetap perlu dijaga.
FITRIA RAHMAWATI