TEMPO.CO, Karangasem - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menghitung jumlah aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Agung, Bali, mencapai 25 ribu kali pada September-Oktober.
"Berdasarkan gempa-gempa terasa yang kami kumpulkan, analisis (guncangan) terbesar ada 4,3 skala Richter," kata Kepala PVMBG Kasbani, di Pos Pengamatan Gunung Agung, Karangasem, Sabtu, 21 Oktober 2017.
Baca: Aktivitas Gunung Agung Makin Menurun, PVMBG: Statusnya Tetap Awas
Menurut Kasbani, 25 ribu kegempaan vulkanik itu tergolong sangat besar. "Bila dibandingkan dengan gunung api lainnya di Indonesia," tuturnya.
PVMBG menaikkan status Gunung Agung dari normal menjadi waspada setelah aktivitas gempa vulkanik terekam 13 kali pada 14 September 2017. Aktivitas gunung itu pun mengalami peningkatan eksponensial. Jeda empat hari jumlah gempa mencapai 366 kali, sehingga pada 18 September 2017, status Gunung Agung meningkat ke siaga.
Peningkatan kegempaan secara eksponensial pada 22 September berjumlah 720 kali per hari, kemudian status Gunung Agung menjadi awas, atau level IV. Magnitudo gempa-gempa yang terekam seismik selama periode krisis dianalisis untuk membuat estimasi volume magma yang bergerak.
Baca juga: Hasil Foto Drone Perlihatkan Rekahan Kawah Gunung Agung Meluas
Kasbani menjelaskan, sampai saat ini setidaknya sudah lebih dari 18 juta meter kubik magma yang bergerak di kedalaman menuju permukaan. Namun volume tersebut tidak mencerminkan total magma yang berpotensi dikeluarkan Gunung Agung. "Ini bisa terjadi sekaligus, bisa bertahap," ujarnya.