INFO JABAR - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan pihaknya bersama pemerintah pusat, tengah menggenjot pembangunan infrastruktur untuk memudahkan akses wisatawan ke Jawa Barat. Sebanyak 22 ruas jalan tol akan dibangun, lima di antaranya sedang dalam proses pengerjaan.
“Tahun depan kita akan membangun bandar udara (bandara) di Palabuhan Ratu untuk mengembangkan destinasi wisata, yang insya Allah berskala internasional pada 2018 nanti, yaitu Geopark Ciletuh-Palabuhanratu,” katanya pada Asita West Java Travel Fair (AWJTF) 2017, di Bandung, Jumat, 13 Oktober 2017.
Di depan para pelaku usaha wisata, Demiz, sapaan akrab Wagub, menjelaskan berbagai upaya dalam mendorong industri pariwisata. Menurut dia, tiga pendekatan dalam upaya pembenahan pariwisata di Jawa Barat, yakni akses, atraksi, dan amenitas.
Soal pembangunan jala tol, dia menuturkan jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi), serta jalan tol Cisumdawu Sesi I dan II, ditargetkan beroperasi pada April 2019. Demiz juga mengatakan pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati, Majalengka, tengah dikebut pengerjaannya. Pemerintah pusat menargetkan tahun depan BIJB bisa digunakan. “Karena gerbang wisatawan mancanegara itu melalui udara. Tanpa adanya itu (bandara) jangan berharap wisatawan mancanegara akan datang lebih banyak,” ujarnya.
Beberapa investor asing, kata Demiz, tertarik mengembangkan Bandara Nusawiru di Kabupaten Pangandaran. Untuk itu, pada pembukaan AWJTF 2017 ini turut hadir Duta Besar Uzbekistan untuk Indonesia Mr. Shavkat Jamolov.
Menurut Demiz, Jawa Barat memiliki industri berbasis budaya atau cultural industry yang menjadi ruh kepariwisataan. Di Jawa Barat ada 1.300 destinasi, yang sebagian besar adalah potensi cultural industry. “Maka dari itu, saya berharap ke depannya kepariwisataan di Jawa Barat menjadi primadona, di samping pertanian yang saat ini memiliki kontribusi terbesar secara nasional,” ucapnya.
Menyikapi perkembangan pariwisata yang sudah masuk industri berbasis teknologi digital, Demiz mengimbau para pelaku industri wisata melakukan perubahan dari pola konvensional ke digital, sehingga semakin memperkuat posisi tawar Jawa Barat sebagai destinasi utama pariwisata di Indonesia dan Asia Tenggara. “Multiplier effect dari kepariwisataan ini begitu besar. Menyerap tenaga kerja begitu besar. Investasi di pariwisata itu tidak sebesar industri lain, tetapi juga mudah dalam pengembaliannya. Yang penting tadi, multiplier effect tadi sangat luas,” tuturnya.
Ketua Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (DPD Asita) Jawa Barat Budijanto Ardiansjah mengatakan, sebanyak 35 pelaku usaha wisata terlibat Asita West Java Travel Fair yang keempat ini. “Kita harapkan event ini bisa dilakukan setiap tahun untuk lebih memperkenalkan wisata di Jawa Barat kepada wisatawan domestik maupun mancanegara,” katanya.
Budi berharap tahun depan pemerintah bisa memfasilitasi asosiasi dan industri wisata terutama dalam hal promosi atau pemasaran. “Saat ini beberapa daerah sudah menjadi saingan Bandung dan Jawa Barat. Kelemahan yang kita lihat adalah lemahnya promosi,” ujarnya. (*)