TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Condro Kirono menyatakan pihaknya bakal bertanggung jawab atas insiden kekerasan terhadap wartawan di Banyumas, Jawa Tengah. Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas aksi kekerasan anggotanya saat mengantisipasi unjuk rasa penolakan terhadap pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Baturraden, Jawa Tengah.
“Kami atas nama Kapolda Jawa tengah dan Kepolisian RI menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tadi malam yang mengakibatkan luka-luka dari massa dan media,” kata Condro di Akademi Kepolisian, Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 10 Oktober 2017. "Tentu kami akan bertanggung jawab."
Condro menjelaskan, peristiwa itu bermula ketika unjuk rasa yang dimulai 09.30 tak kunjung bubar hingga batas pukul 18.00 berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Kala itu, kata Condro, kepolisian telah memediasi massa untuk membubarkan diri. “Karena unjuk rasa tidak melakukan pemberitahuan untuk pengamanan kepolisian,” katanya.
Baca juga: Jurnalis Kalsel: Usut Anggota Brimob Pengancam Wartawan Antara
Condro mengatakan massa bertahan hingga pukul 22.00. Saat itu, peserta unjuk rasa sudah mulai membangun tenda dan menyampaikan orasi budaya. “Sehingga dibubarkan secara paksa,” ucapnya. Pembubaran paksa ini menyebabkan kontak fisik petugas keamanan dengan pengunjuk rasa. Dua orang dibawa ke rumah sakit, termasuk wartawan Metro TV, Darbe Tyas, yang menjadi korban.
Condro pun langsung meminta Direktorat Intelijen Polda Jawa Tengah, Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan, dan Kepala Polres Banyumas mengecek langsung peristiwa tersebut. Menurut dia, menyelidiki prosedur pembubaran penting dilakukan. “Kalau kami menemukan kesalahan SOP, kode etik, atau unsur pidana, kami akan proses anggota kami yang salah dalam proses pengamanan,” ujarnya.
Baca juga: LKBN Antara Sesalkan Tindakan Kekerasan terhadap Wartawannya
Juru bicara Mabes Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto meminta wartawan tidak memposisikan diri di sasaran konflik ketika bertugas. Ia meminta wartawan memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan saat bertugas. “Pasti ada seragam dan identitas. Kami tidak akan menghalangi tugas kewartawanan, tapi tolong wartawan tidak menghalangi kerja kepolisian,” ujarnya.