TEMPO.CO, Jakarta - Penerbangan di Bali masih berjalan dengan normal meski Gunung Agung, yang berada di Karangasem, Bali, statusnya meningkat ke level IV atau awas. "Penerbangan hari ini masih normal," kata Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Soebagio saat dihubungi, Minggu, 24 September 2017.
Agus mengatakan, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda Bandar Udara Ngurah Rai Bali akan ditutup karena aktivitas Gunung Agung. "Berdoa tidak (ditutup)," katanya.
Baca: Status Gunung Agung Bali Meningkat Jadi Awas
Pada Jumat malam, 22 September 2017, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengumumkan status Gunung Agung menjadi awas. Dengan penetapan itu, maka jarak daerah rawan bencana diperluas.
Ditjen Perhubungan Udara telah mengadakan rapat dengan stakeholder dan operator penerbangan pada Sabtu, 23 September 2017. Rapat ini membahas langkah mitigasi sebagai antisipasi kesiapan bencana letusan Gunung Agung terhadap keselamatan penerbangan nasional.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso, pada Sabtu, 23 September 2017, menyampaikan peningkatan aktivitas Gunung Agung belum berdampak terhadap penerbangan, baik menuju maupun dari Bali. Meski demikian, Agus mengatakan pihaknya tetap menyiapkan sejumlah rencana antisipasi jika sewaktu-waktu Gunung Agung meletus.
Baca: Awas Gunung Agung, Pemerintah Siapkan Lima Bandara Cadangan
Menurut Agus Soebagio, hari ini, Dirjen Perhubungan Udara berangkat ke Bali untuk memantau kondisi terbaru di sana. "Pak Dirjen (Agus Santoso) sedang ke Bali untuk pantau. Hari ini belum dapat laporan dari PVMBG," ujarnya.
Ia menambahkan, Kementerian Perhubungan telah menyiapkan sejumlah bandara alternatif, seperti di Surabaya, Lombok, dan Banyuwangi, jika bandara di Bali nantinya harus ditutup karena aktivitas Gunung Agung. "Kita masih tunggu update perkembangan lebih lanjut seperti apa," katanya.
ANDITA RAHMA