TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai usulan Presiden Joko Widodo memperbarui film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI agar sesuai dengan generasi milenial sangat tepat. Yunarto berpendapat usul itu dilontarkan Jokowi untuk mengakhiri polemik.
"Ada dua makna yang tersirat dari pernyataan Jokowi," kata Yunarto melalui telepon, Jumat, 22 September 2017. Pertama, makna mengenai fakta yang kemudian harus disepakati ulang untuk ada dalam film itu. Yang kedua terkait dengan kemasan.
Baca:https://nasional.tempo.co/read/911708/anak-anak-teriakkan-bunuh-di-nobar-film-g-30-s-pki
Yunarto menjelaskan film itu menimbulkan polemik sebab banyak diperdebatkan kebenaran faktanya. Polemik itu harus diakhiri dengan membuat film baru berdasarkan riset dan kesepakatan semua pihak. Usulan Jokowi untuk mendaur ulang film itu, kata dia, adalah upaya agar tidak ada tafsir sepihak yang menjadikan film itu sebagai propaganda.
Kedua, menurut dia, film yang dibuat pada 1984 itu tidak mungkin lagi mengena bagi kalangan muda. "Jokowi melihat secara lebih dinamis." Jika tujuannya ingin anak-anak muda belajar sejarah, film harus dibuat dengan pendekatan anak muda.
Baca juga:https://www.tempo.co/read/1019172/pvmbg-gunung-agung-bisa-meletus-dalam-hitungan-jam
Yunarto menilai Jokowi mencoba menggunakan pendekatan berbeda dalam menampung aspirasi pemutaran film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI ini. Dia berpendapat, niat baik mengajarkan sejarah pada generasi muda akan mubazir jika tidak menggunakan pendekatan yang relevan.
"Film daur ulang itu menurut saya sebuah sindiran keras buat orang-orang yang semangatnya sangat besar ingin memberikan pelajaran sejarah, tapi menggunakan pendekatan dengan produk yang salah," kata Yunarto.
Ketika ditanya seperti apa film versi baru, Yunarto berpendapat ciri khas pendekatan milenial harus terkait dengan gaya komunikasi yang menarik dan fakta yang bisa dipertanggungjawabkan. Pendekatan yang digunakan harus detail dan tidak kaku.
Misalnya, di film G30S digambarkan Aidit merokok. "Buat milenial yang dengan mudah mendapatkan info dan fakta melalui internet, itu akan jadi bahan tertawaan," kata Yunarto. Karena Aidit tidak merokok.
BUDIARTI UTAMI PUTRI