TEMPO Interaktif, Jakarta:Jumlah pasien Rumah Sakit Jiwa (RSJ) kota Banda Aceh meningkat. Kenaikan masalah-masalah kejiwaan sebanyak dua kali dibandingkan tahun kemarin, kata koordinator tim kemanusiaan bidang kesehatan untuk Aceh Dr. Muharso SKM, usai mengikuti acara donor darah untuk kemanusiaan bagi warga Aceh, di kantor pusat PMI (Palang Merah Indonesia) Jakarta, Kamis (31/7).
Muharso tidak bisa menyebutkan berapa detilnya jumlah pasien yang dirawat di RSJ Banda Aceh, baik sekarang maupun tahun lalu. Dia hanya mengatakan bahwa penelitian tersebut dilakukan dengan pendanaan yang berasal dari organisasi kesehatan dunia WHO. Dan dia hanya mengatakan bahwa jumlah penderita yang dirawat di RSJ tersebut saat ini relatif cukup tinggi, berdasarkan penelitian tersebut.
Diakui Muharso bahwa di daerah konflik, sangatlah mungkin masyarakatnya mengalami stress pasca trauma. Siapapun di daerah konflik yang mendapatkan tekanan demikian kuat dan situasi hidupnya berubah, apalagi harus mengungsi keluar dari rumah, pasti mendapatkan tekanan. Inilah yang dihindari, jelasnya.
Dirinya menyatakan bahwa selama ini pasien yang dirawat belum mengalami stress pasca trauma. Dan pihaknya pun saat ini telah berupaya agar masyarakat Aceh dapat terhindar dari stress jenis ini. Karenanya, program kerja bagi kegiatan kemanusiaan bidang kesehatan di Aceh pada bulan Agustus nanti adalah menekan angka penderita stress pasca trauma. Dengan cara memberikan penyuluhan dan pengetahuan tentang imunisasi, peningkatan gizi dan kebersihan. Serta pendekatan psikologis terhadap para pengungsi terutama di bidang kesehatan, pendidikan, dan sosial.
Tujuannya, kata Muharso, supaya para pengungsi terutama anak mudanya tidak terkena stress pasca trauma. Itu yang sedang kita usahakan, ujarnya lagi. Mengenai dana untuk kesehatan di Aceh, Muharso menyatakan dana yang disediakan untuk enam bulan ke depan akan mencukupi. Terutama selama diberlakukannya operasi terpadu di Aceh. Karena dilihat dari besarnya dana yang telah dikeluarkan hingga saat ini sebesar Rp 39 miliar yang kebanyakan digunakan untuk investasi peralatan medis, dari Rp 110 miliar yang disediakan oleh pemerintah. (D.A Candraningrum TNR)