Presiden Jokowi menjabat tangan Wakil Perdana Menteri Singapura Teo Chee Hean usai menggelar pertemuan bilateral di Istana Merdeka, Jakarta, 11 Agustus 2017. Foto Biro Pers Istana Presiden.
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo mengatakan kawasan Asia Tenggara harus mewaspadai ancaman narkotik dan terorisme. Jokowi menilai terorisme merupakan ancaman nyata bagi negara-negara yang tergabung dalam Association South East Asian Nation (ASEAN).
"Serangan terorisme di Marawi menjadi wakeup call (peringatan) yang perlu direspons dengan segera," katanya saat memberi sambutan dalam acara hari jadi ASEAN ke-50 di Gedung Sekretariat Jenderal ASEAN, Jakarta, Jumat, 11 Agustus 2017.
Kerja sama antarnegara ASEAN, menurut Jokowi, sudah tidak bisa ditawar lagi. Ia menyatakan negara-negara ASEAN harus bersatu memerangi terorisme. Sebagai langkah nyata, Indonesia bersama Filipina dan Malaysia sudah memulainya dengan menggagas pertemuan trilateral di Manila pada Juni lalu. "Saya yakin kerja sama yang lebih kuat mampu melawan ancaman terorisme di kawasan ini," ujarnya.
Sebelumnya, Jokowi memberikan pidato di hadapan anggota ASEAN dalam rangka memperingati hari jadi ke-50. Dalam pidatonya, Jokowi mengapresiasi upaya negara-negara ASEAN yang konsisten menjaga kestabilan kawasan.
Menurut Jokowi, Asia Tenggara merupakan kawasan yang stabil dan jauh dari konflik. "Ini yang membuat ASEAN sangat istimewa dibandingkan dengan apa yang terjadi di kawasan lain di dunia," ucapnya.
Jokowi melanjutkan, ancaman lain yang diam-diam mengintai adalah persoalan narkotik. Ia menuturkan perdagangan obat-obatan terlarang dapat merusak generasi muda. Karena itu, ia menyatakan perang terhadap narkotik. "Kami tidak ingin pemuda ASEAN kehilangan masa depan," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga mengapresiasi semua anggota ASEAN yang telah berkontribusi terhadap perkembangan kawasan Asia Tenggara. Jokowi berharap kemitraan di ASEAN bisa berdampak luas terhadap kesejahteraan dunia.