Lelaki Gempal di CCTV Rumah Novel Baswedan itu...
Editor
Widiarsi Agustina
Senin, 31 Juli 2017 11:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ada banyak teka-teki siapa sesungguhnya sosok yang menyerang Novel Baswedan dan menyiram penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi dengan air keras, 11 April 2017 lalu. Memeriksa 52 saksi, polisi hingga kini masih berkutat menyusun sketsa tiga wajah penyerang Novel Baswedan.
BACA: Ada Tiga Sketsa Wajah Penyerang Novel Baswedan
Sejumlah keterangan mengarah pada sosok lelaki gempal yang pernah datang ke rumah Novel Baswedan. Sosok ini terekam kamera pengintai di rumah Novel Baswedan, Jalan Deposito T, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Penelusuran wartawan Majalah Tempo, kamera merekam gerak-gerik laki-laki gempal yang mengetuk pintu pada 5 April 2017 sore. Ia memakai topi hitam-putih, kaus lengan panjang, dan celana jins. Ia terlihat berbicara dengan seseorang di dalam rumah yang tak terekam kamera.
BACA: Eksklusif Video Penyerangan Novel, Detik-detik Teror Subuh Itu
Sebelum mengetuk pintu, lelaki gempal terlihat melintas di depan rumah Novel menunggang sepeda motor mirip Yamaha Mio. Berputar setelah melewati pintu gerbang, ia berhenti di depan rumah tetangga dan memutar sepeda motornya kembali. Masih di atas sepeda motor, lelaki gempal itu terlihat mengawasi pintu gerbang yang terbuka. Setelah itu, pelan-pelan ia mendekat ke gerbang.
<!--more-->
Setelah menyandarkan motornya pada standar, lelaki gempal terlihat ragu-ragu melintasi gerbang rumah. Celingak-celinguk sebentar, ia naik ke teras dan mengetuk pintu. Setelah berbicara sebentar, ia balik kanan menuju sepeda motornya dan pergi hingga lepas dari rekaman kamera. Video dari kamera pengintai itu sudah diperiksa polisi dalam penyelidikan penyiraman air keras kepada Novel Baswedan pada 11 April lalu.
BACA: Eksklusif Video Penyerangan Novel, Gerak-gerik Pria Pencari Gamis
Orang yang berbicara dengan laki-laki gempal itu adalah pembantu rumah Novel Baswedan. Pembantu ini ingat ada seorang lelaki seperti dalam di video itu datang bertamu. "Dia menanyakan apakah di sini ada gamis laki-laki," katanya kepada Tempo, Juni lalu. "Saya jawab tak ada karena di sini hanya menjual gamis perempuan."
Istri Novel Baswedan, Rina Emilda, membuka butik di rumahnya dan menjual secara online. Pembantu ini menjelaskan, hari itu pintu gerbang terbuka karena ia tak buru-buru menutupnya ketika Rina pamit pergi. Pembantu ini sibuk melipat baju-baju di dalam rumah.
BACA: Disiram Air Keras, Novel Baswedan Langsung Telepon Kapolri
Para tetangga Novel yang ditunjuki video itu mengaku melihat sosok laki-laki yang sama mondar-mandir di sekitar Masjid Al-Ihsan pada subuh ketika Novel disiram air keras. Masjid itu hanya lima rumah dari kediaman Novel. Setiap subuh, Novel Baswedan salat berjemaah di sana.
Seorang pengurus masjid masih ingat sosok gempal itu, mondar-mandir di sekitar masjid sehari sebelum penyiraman. Sesekali masuk ke toilet masjid untuk buang air kecil. Lelaki itu lama di luar masjid di samping motor matiknya. "Seperti melihat ke arah rumah Pak Novel," ujar pria 35 tahun ini. "Dia di luar terus dan tak ikut salat."
<!--more-->
Esoknya, pada 11 April 2017, laki-laki itu berada di sekitar rumah Novel. Seorang tetangga Novel, yang pulang lebih cepat sebelum zikir subuh berakhir karena sakit perut, bersirobok dengan pria itu. Ia duduk di bangku semen di persimpangan berjarak sepuluh langkah dari masjid. Di dekat sang pria, tak jauh dari bangku itu, menurut tetangga Novel ini, ada seorang lelaki kurus yang berdiri di sebelah sepeda motor Yamaha NMAX hitam.
BACA: Novel Baswedan Disiram Air Keras, Ada 2 Lelaki Mata Elang
Laki-laki kurus ini tak ia kenali karena memakai helm dan jaket. Dari arah helmnya, lelaki itu tak mengalihkan pandangan dari pintu masjid. Sedangkan lelaki gempal yang duduk tak memakai helm. Tetangga Novel ini yakin ciri-cirinya mirip dengan pria dalam rekaman. "Badannya gempal, rambut ikal, wajahnya bulat," katanya.
Setelah itulah ia mendengar ribut-ribut dari arah masjid. Novel Baswedan, yang baru melangkah 30 meter dari pintu masjid, disiram air keras pada wajahnya. Sambil berteriak minta tolong, Novel lari ke masjid untuk membasuh muka. Tetangga lain yang pulang bersamanya geger dan sibuk menyediakan mobil untuk membawa Novel ke rumah sakit. "Ada banyak saksi yang melihat penyiram. Seharusnya polisi bisa segera membekuknya," ujar Novel lewat sambungan telepon dari Singapura.
BACA: WAWANCARA EKSKLUSIF Novel Baswedan
Dua laki-laki yang duduk di bangku persimpangan itu telah lenyap. Mereka diduga pelaku kejahatan ini. Di lokasi penyiraman, tertinggal cangkir yang dipakai sebagai wadah air keras. Polisi baru datang ke lokasi beberapa jam setelah kejadian dan melingkari lokasi itu dengan garis polisi.
Pagi itu, kabar segera tersiar. Novel Baswedan diserang orang tak dikenal. Ia terkenal sebagai penyidik KPK yang berani dan acap mengusut perkara besar. Saat kejadian itu, ia tengah mengulik dugaan korupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik yang merugikan negara Rp 2,3 triliun. Banyak anggota Dewan Perwakilan Rakyat disebut menerima suap proyek jumbo pada 2010-2011 itu.
TIM TEMPO