Fenomena Bunuh Diri dan Catatan Kaki untuk Koruptor
Editor
Istiqomatul Hayati
Minggu, 23 Juli 2017 01:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kematian vokalis band Linkin Park, Chester Bennington dengan menggantung diri pada Kamis, 20 Juli 2017 itu menimbulkan banyak spekulasi. Banyak spekulasi atas kematiannya. Banyak rumor yang menyebut kematian Chester memiliki benang merah dengan kematian musisi Chris Cornell, yang diidolainya. Meski, kematian Chester diduga kuat berhubungan dengan ketergantungannya pada obat-obatan terlarang.
Baca: Awas, Narkoba Zombie Sudah Masuk Indonesia
Popularitas seakan menjadi pisau bermata dua. Satu sisi popularitas membawa seseorang pada kepemilikan materi. Namun, popularitas juga yang menjerumuskan orang pada kekosongan jiwa. Bunuh diri, obat-obatan terlarang, hingga frustrasi adalah kuldesak yang diakibatkan popularitas itu.
Bunuh diri seperti semacam manifestasi dari keputusasaan –salah satunya. Publik tentu menangisi jika para pelaku bunuh diri adalah mereka yang penuh karya selama hidup. Andai pelaku bunuh diri adalah mereka yang meninggalkan cela dan kerusakan bagi banyak orang, tentu publik tidak akan meratap sedalam kepergian para seniman di atas.
Sayangnya, para perusak dan pembuat cela seperti pelaku korupsi tidaklah memiliki nyali, bahkan untuk malu lalu mengakhiri hidupnya. Mengapa? Berapa banyak mereka yang sudah ditetapkan tersangka memilih mundur dari jabatan publik yang diembannya?
Baca selengkapnya di sini.
INDONESIANA | ISTI