Polisi menjaga area ledakan bom di Kampung Kubang Beureum, Kelurahan Sekejati, Bandung, Jawa Barat, 8 Juli 2017. Agus diduga merakit bom panci yang rencananya akan diledakan di beberapa tempat di Bandung. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Manado - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian mengatakan untuk mencegah kasus, seperti bom panci Bandung diperlukan patroli internet yang sangat kuat. Patroli tersebut dilakukan agar orang-orang tidak mudah terpengaruh paham teroris via internet.
"Untuk kasus seperti ini (kasus bom panci Bandung) agak berbeda dengan jaringan lain yang terstruktur. Untuk menangani seperti ini patroli deteksi internet harus kuat. Kekuatan siber kita harus kuat," kata Tito di Bandar Udara Sam Ratulagi, Manado, Ahad, 9 Juli 2017.
Pada Sabtu sore lalu, sebuah ledakan yang diduga berasal dari bom panci menggegerkan warga Kampung Kubang Beureum, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung. Ledakan tersebut terjadi di dalam kamar yang dikontrak Agus Wiguna, 21 tahun. Saat ledakan, Agus sedang berjualan bakso.
Menurut Tito, pelaku bom panci Bandung menjadi radikal lantaran mengakses internet. Pelaku kemudian belajar membuat bom dari internet dan ingin melakukan penyerangan sendiri. "Ini adalah fenomena baru yang sebenarnya di luar negeri itu sudah ada sejak 10 tahun lalu," katanya.
Tito mengatakan perlu aksi kontra terorisme untuk mencegah jangan sampai masyarakat yang rentan terhadap radikalisme mudah terpengaruh dengan paham-paham tersebut.
"Kontra radikalisasi ini melibatkan banyak pihak tak hanya intelijen. Ini agar kelompok masyarakat yang rentan itu tidak menjadi teroris," ujarnya menanggapi upaya pencegahan agar kasus seperti bom panci Bandung tidak terjadi kembali.