Penyidik KPK, Novel Baswedan, saat tiba di Jakarta Eye Center Menteng, Jakarta Pusat, 11 April 2017. Novel Baswedan dirujuk di Jakarta Eye Center untuk mendapatkan perawatan secara intensif guna menyembuhkan mata kirinya yang terluka parah, setelah dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah menjalani operasi membran sel mata, penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan memilih tetap berbaring di ranjangnya karena tak ingin merepotkan orang lain. Ia menjelaskan, jika ingin keluar harus mendapat izin dokter dan ditemani.
"Kalau ke luar kamar lalu nabrak tiang, kan, jadi tak lucu," ucap Novel di Singapore General Hospital, Singapura, kepada Tempo, melalui telepon kakaknya, Kamis, 15 Juni 2017.
Novel Basedan menuturkan sejak matanya dipasangi membran untuk merangsang pertumbuhan kornea, ia tak bisa melihat sama sekali. Kebiasaannya membaca Al Quran di ranjang pun ia hentikan. Sepenuhnya ia berbaring sambil menunggu suster meneteskan perangsang kornea setiap dua jam selama sepuluh menit.
Ia menjalani operasi membran sel mata pada 18 Mei 2017. Mata kiri dan kanan Novel dipasangi membran untuk mempercepat pertumbuhan kulit kornea. "Kalau kulit kornea sudah tumbuh, upaya penyembuhan bisa optimal. Tapi memang kemungkinan besar tidak bisa pulih total. Terutama mata kiri," kata dia.
Novel Baswedan disiram air keras ke wajahnya pada subuh, 11 April 2017, saat berjalan pulang dari masjid dekat rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Serangan itu dilakukan oleh dua orang berboncengan sepeda motor. Akibat serangan itu, kedua mata penyidik senior KPK rusak.
Meski penglihatannya tak akan kembali seratus persen, Novel Baswedan optimistis bisa menjadi penyidik KPK lagi untuk terus mengungkap banyak skandal korupsi besar di negeri ini.