Mako Brimob Polda DIY tempat terduga teroris T-S diamankan dari rumah keluarganya di Gunungkidul. HAND WAHYU
TEMPO.CO, Yogyakarta - Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap seorang terduga pelaku tindak pidana terorisme bernama Rochmat Septriyanto, 33 tahun, Selasa, 6 Juni 2017. Terduga teroris ini ditangkap di rumah orang tuanya di Desa Kepek, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul.
Rochmat ditangkap bersama istri dan tiga anaknya. Mereka dibawa ke Kepolisian Resor Gunung Kidul sebelum dipindahkan ke markas Brigade Mobil Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. Istri dan ketiga anaknya dikembalikan lagi. Adapun Rochmat hingga Rabu siang, 7 Juni 2017, belum dipulangkan.
"Ya benar, sampai satu jam tadi masih di Brimob. Kemungkinan besar akan dibawa ke Jakarta," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Ajun Komisaris Besar Yulianto.
Terduga merupakan warga Gunung Kidul kelahiran 1984. Namun alamat rumahnya di Balapulang Wetan, Kelurahan Bala Pulang Wetan, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Penggeledahan rumah orang tua Rochmat dilakukan mulai pukul 13.30-14.15. Terduga langsung dibawa ke Polres Gunung Kidul. Menurut informasi di Kepolisian, Rochmat merupakan salah satu jaringan pelaku teror bom bunuh diri di Kampung Melayu Jakarta.
Namun, peran Rochmat masih didalami oleh penyidik. "Kaitannya bom di Jakarta," kata sumber kepolisian yang tak mau disebut namanya.
BNPT dan Densus 88 Berkolaborasi Perkuat Program Pencegahan dan Deradikalisasi
36 hari lalu
BNPT dan Densus 88 Berkolaborasi Perkuat Program Pencegahan dan Deradikalisasi
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus 88 AT) Polisi Republik Indonesia (Polri) melaksanakan pertemuan untuk memperkuat kolaborasi khususnya dalam program pencegahan dan deradikalisasi.
Cerita Eks Amir Jamaah Islamiyah Para Wijayanto soal Evaluasi dan Alasan Pembubaran JI
38 hari lalu
Cerita Eks Amir Jamaah Islamiyah Para Wijayanto soal Evaluasi dan Alasan Pembubaran JI
Amir atau pimpinan tertinggi terakhir Jamaah Islamiyah atau JI, Para Wijayanto menceritakan proses evaluasi hingga alasan deklarasi pembubaran organisasi.