Akademisi: Radikalisme Incar Anak Muda yang Masih Labil

Reporter

Minggu, 28 Mei 2017 11:33 WIB

TEMPO/Machfoed Gembong

TEMPO.CO, Kupang - Akademisi dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero Maumere, Kabupaten Sika, Pater Dr Philipus Tule SVD berpendapat paham radikalisme dapat dilawan dengan mengusung budaya damai. "Radikalisme dapat dilawan dengan mengembangkan wacana keagamaan baru dengan mengusung budaya damai," kata dosen Islamologi STFK Ledalero, Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, lewat keterangan tertulis yang diterima di Kupang, Sabtu 27 Mei 2017.

Philipus Tule saat memberikan pembinaan rohani gabungan untuk aparatur sipil negara (ASN) lingkup Pemerintah Provinsi NTT di Kupang, Jumat 26 Mei 2017, juga menekankan perlu upaya melawan radikalisme dengan usung buaya damai. Menurut penulis buku "Identitas Muslim Pribumi NTT" itu, kehadiran paham radikalisme yang marak diperbincangkan berbagai kalangan belakangan ini harus dihadapi dan dilawan dengan kekuatan nilai-nilai agama dan budaya yang telah lama hidup. (Baca: Maarif Institute: Sekolah Selama Ini Permisif Ideologi Berbahaya)

"Kekuatan utama masyarakat NTT dalam membangun toleransi dan kebhinnekaan terletak pada kemampuan masyarakatnya secara turun-temurun dalam menghayati agama dan kebudayaan secara seimbang," tutur dia.

Rohaniwan Katolik itu menjelaskan, secara etimologis, makna kata radikal, fundamental, fanatis, memiliki makna positif serta harus dimiliki setiap umat beragama. "Memang sebagai orang beriman kita harus menjadi radikal, kembali ke fundamen atau dasar agama yakni kitab suci, Injil, Alquran, teologi, Hadist, dan tradisi," katanya.

Menurutnya, orang yang sungguh kembali ke akar agamanya akan menghayati imannya secara benar, melihat nilai-nilai luhur dalam kebudayaan serta menolak penggunaan kekerasan. Kata-kata itu, lanjutnya, akan bermakna negatif ketika ditambah dengan akhiran "isme", menjadi radikalisme, fundamentalisme, fanatisme yang mengedepankan kekerasan dan pemaksaaan kehendak pada orang lain. "Radikalisme, fundamentalisme, fanatisme, hingga terorisme sesungguhnya ada dalam semua sejarah agama," ujarnya lagi. (Baca: Jokowi Ajak TNI Gebuk Organisasi Anti-Pancasila, Termasuk PKI)

Pada sisi lain, katanya, akar radikalisme dan fundamentalisme bersumber dari persoalan ekonomi, politik, dan penafsiran yang keliru terhadap agama. Menurutnya, jika kehadiran paham-paham tersebut tidak dibendung dengan baik maka dapat merusak tatanan hidup individu, masyarakat, organisasi, partai politik, hingga lingkungan pendidikan.

"Paham radikalisme di Indonesia telah mengintai remaja dan anak-anak muda kita yang masih labil untuk dijadikan pengikut atau anggota kelompok radikal," katanya.

Karena itu, lanjutnya, pemerintah dan semua komponen masyarakat bangsa harus terus meningkatkan kewaspadaan untuk membendung penyebaran paham-paham tersebut, dengan bersatu padu membongkar radikalisme lewat upaya-upaya deradikalisasi dengan menanamkan nilai-nilai cinta damai. (Baca: ITB Larang Aktivitas Ormas di Kampus, Termasuk HTI)

"Para tokoh agama juga harus bisa membina umatnya menjadi orang yang militan, tekun, berdoa, membaca kitab suci, dan taat beribadah," katanya pula. Ia menambahkan, dunia pendidikan harus mengembangkan pendidikan multikulturalisme dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. (Baca: Menristek: Dosen dan Mahasiswa Terlibat Radikalisme Kena Sanksi)

ANTARA

Berita terkait

Destinasi Wisata Kawasan Pantai Kelapa Lima Kupang yang Dikunjungi Jokowi

9 Desember 2023

Destinasi Wisata Kawasan Pantai Kelapa Lima Kupang yang Dikunjungi Jokowi

Presiden Jokowi mengunungi Kawasan Pantai Kelapa Lima, Kupang belum lama ini. Apa keistimewaan pantai ini?

Baca Selengkapnya

Beda dengan Bali, Kupang Terima Nyamuk Wolbachia Perangi Demam Berdarah

24 November 2023

Beda dengan Bali, Kupang Terima Nyamuk Wolbachia Perangi Demam Berdarah

Pemerintah Kota Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan mendukung penggunaan nyamuk ber-Wolbachia untuk mengatasi penularan demam berdarah.

Baca Selengkapnya

5 Rekomendasi Kuliner Khas Kupang, Memanjakan Lidah

17 November 2023

5 Rekomendasi Kuliner Khas Kupang, Memanjakan Lidah

Kupang memiliki berbagai kuliner yang patut dicoba. Simak daftarnya.

Baca Selengkapnya

Dorong Ekonomi NTT, Bank BTN Gelar Kupang Doldolu

22 Juli 2023

Dorong Ekonomi NTT, Bank BTN Gelar Kupang Doldolu

Pameran Kupang Doldolu melibatkan pengembang properti dan UMKM.

Baca Selengkapnya

Pekan Kedua Sekolah Jam 5 Pagi, Begini Kritik yang Pernah Datang dari Warga Kupang

6 Maret 2023

Pekan Kedua Sekolah Jam 5 Pagi, Begini Kritik yang Pernah Datang dari Warga Kupang

Hari ini, Senin 6 Maret 2023, memasuki pekan kedua penerapan kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi di Kupang, NTT.

Baca Selengkapnya

Banjir Kupang, BPBD Terus Evakuasi Warga

25 Desember 2022

Banjir Kupang, BPBD Terus Evakuasi Warga

Hujan lebat yang terus mengguyur diprediksi membuat area yang terdampak Banjir Kupang bisa bertambah.

Baca Selengkapnya

Duit Bantuan Korban Badai Seroja dan Dana CSR Rp1 Miliar Kota Kupang Raib

26 September 2022

Duit Bantuan Korban Badai Seroja dan Dana CSR Rp1 Miliar Kota Kupang Raib

Sekda Kota Kupang mengaku tidak tahu-menahu soal nasib bantuan dan dana CSR tersebut. Dipermasalahkan DPRD.

Baca Selengkapnya

Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

11 Juli 2022

Draf RKUHP: Ingin Ganti atau Tiadakan Pancasila Diancam 5 Tahun Penjara

RKUHP juga menyebut penyebaran ideologi komunisme atau marxisme-leninisme juga diancam penjara, kecuali belajar untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Kota Kupang Dirikan SPKLU untuk Dorong Kendaraan Listrik

3 Juli 2022

Kota Kupang Dirikan SPKLU untuk Dorong Kendaraan Listrik

PT PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur dilaporkan mendirikan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Kota Kupang.

Baca Selengkapnya

3 Spot Wisata dengan Wajah Baru di Kota Kupang: 2 Pantai dan Jalan Frans Seda

11 Juni 2022

3 Spot Wisata dengan Wajah Baru di Kota Kupang: 2 Pantai dan Jalan Frans Seda

Ada tiga spot wisata di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, yang telah dibenahi.

Baca Selengkapnya