Jokowi Punya Cerita Sepeda Gunung Biasa tapi Mahal Harganya
Editor
Elik Susanto
Minggu, 28 Mei 2017 04:46 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo dikenal gemar melakukan blusukan ke daerah untuk mengecek perkembangan proyek infrastruktur. Agenda lain saat ke daerah, antara lain membagi Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), sertifikat lahan dan tidak ketinggalan sepeda bertuliskan "Hadiah Presiden Jokowi".
Saat membagi-bagikan kartu dan sertifikat di Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi tidak lupa menghitung jumlahnya. "Laporan yang saya pegang ada 10.038 sertifikat. Tolong sertifikatnya diangkat semuanya. Jangan diturunkan dulu, akan saya hitung, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 10.038 betul?" tanya Presiden di lapangan Rampal, Malang, Rabu 24 Mei 2017.
Setelah selesai menghitung, Presiden tidak lupa memberikan pesan kepada para penerima sertifikat. "Kalau ingin sertifikatnya disekolahkan, dipakai sebagai agunan ke bank, silakan tapi saya titip agar hati-hati. Tolong dihitung dan dikalkulasi dulu apakah bisa mengangsur setiap bulannya? Kalau setelah dihitung tidak bisa, jangan memaksakan diri karena bisa-bisa sertifikat ini diambil bank," kata Presiden.
Tak lupa Presiden juga berpesan kepada sekitar 9.530 warga dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Timur itu agar pinjaman bank yang diperoleh dengan mengagunkan sertifikat lahan bukan dibelanjakan untuk barang-barang konsumtif seperti mobil dan motor.
Kuis Berhadiah Sepeda
<!--more-->
Setelah membagikan sertifikat dan menyampaikan pesan, tiba saatnya Presiden membagi-bagikan sepeda kepada warga yang berhasil menjawab kuis. Titin asal Blitar adalah warga pertama yang beruntung untuk mendapatkan kesempatan itu.
"Lho mana sertifikatnya? Tolong yang punya sertifikatnya dihapal berapa lahan yang sertifikatnya kita punyai! Hati-hati pegang sertifikat harus hapal berapa meter persegi," kata Presiden dari panggung.
Titin yang berdiri di samping Presiden malah tidak memegang sertifikat. "Jadi Pak, sertifikat saya ada kekeliruan tanggal lahir, sama petugas akan diperbaiki dulu, tapi berhubung saya ingin bertemu Presiden jadi saya ikut saja ke sini," kata Titin polos.
"Jadi pas gini-gini tadi tidak ikut?" tanya Jokowi sambil mengangkat tangannya untuk mempraktikkan orang yang mengayunkan sertifikat di atas kepala.
"Tidak Pak, tapi saya kemarin tidak bisa tidur," jawab Titin yang membuat Presiden tertawa. Presiden pun memaafkan Titin setelah menjawab ukuran lahannya adalah 14 x 7 meter. Selanjutnya Titin dengan lantang mengucapkan Pancasila dan berhak mendapatkan sepeda.
"Tidak dapat sertifikat tapi dapat sepeda, sana ambil sepedanya, sepedanya sebenarnya sepeda gunung biasa, yang mahal karena ditempeli tulisan 'Hadiah Presiden Jokowi'," kata Presiden berpromosi.
44 Tahun Tunggu Sertifikat
<!--more-->
Selain Titin, Sri Astuti asal Kediri juga beruntung bisa naik ke panggung untuk menjawab kuis. Namanya bahkan dipanggil langsung Presiden. "Ada yang namanya Sri Astuti dari Kediri, katanya sudah menunggu 44 tahun baru mendapat sertifikat silakan maju," kata Presiden.
"Mungkin lebih dari 44 tahun Pak, saya baru mendapat sertifikat, karena sejak orang tua saya belum sertifikat," kata Sri.
"Lalu mendaftar untuk mendapat sertifikat kapan?" tanya Presiden.
"Bulan Januari," jawab Sri.
"Kapan diukur?" tanya Presiden.
"Januari juga," jawab Sri.
"Terus?" tanya Presiden.
"Kemarin baru dikasih tahu Pak Lurah, disuruh ke Malang bisa ketemu Presiden," jawab Sri.
"Jadi ini senang karena ketemu sertifikat atau ketemu Presiden? Berarti senangnya loro (dua)," kata Presiden sambil tertawa.
Sri pun diminta untuk menjawab lima suku di Indonesia.
"Suku Jawa, Sunda, Dayak, Madura, Suku Sunda, Suku Jawa," kata Sri.
Sri berhasil mendapatkan sepeda.
Selain Sri, perempuan lain yang beruntung adalah Rosdiana dari Bondowoso.
"Coba ibu luas lahannya berapa?" tanya Presiden ke Rosdiana.
"174 meter Pak," kata Rosdiana.
"Nah, ini keliru," saut Jokowi.
"Yang benar tranahnya di Desa Warung seluas 1.743 meter persegi, beda jauh ini. Apalagi baru beli, ruginya bisa ribuan, coba dihapalkan, jangan sampai lupa dan difotokopi, coba diulangi: 1.743 meter persegi, jangan sampai keleru," kata Presiden membimbing Rosdiana mengucapkan luas lahannya.
Rawon, Gulai, Soto
<!--more-->
Selanjutnya Presiden meminta Rosdiana untuk menyebutkan 5 masakan khas Jawa Timur.
"Rawon, gulai, soto," jawab Rosdiana.
"Soto? Pak Gub (Gubernur Jawa Timur Soekarwo) menggeleng, Pak Gub jadi jurinya, masa tidak hapal sih? Ternyata sulit kan? Ternyata tidak mudah karena kita terlalu sering makan hamburger, pizza sama 'kentucky' (ayam goreng), malah masakan kita sendiri lupa," ujar Presiden.
"Sate Pak," jawab Rorsdiana.
"Sate ayam Madura, betul, saya betulkan," kata Presiden.
"Lontong balap," kata Rosdiana.
"Itu di mana belinya?" tanya Presiden.
"Wonokromo," jawab Rosdiana.
"Besok saya dikirim ya Pak Gub, lontong balap, saya belum pernah merasakan enaknya bagaimana, sekarang sana diambil sepedanya," ungkap Presiden.
Kunjungan Jokowi ke daerah dipersingkat dan segera kembali ke Jakarta karena ada teror bom di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur pada Rabu malam, 24 Mei 2017. Terhadap peristiwa serangan bom itu, Presiden berpesan agar masyarakat tetap tenang.
"Saya menyerukan agar semua anak bangsa di seluruh pelosok Tanah Air tetap tenang dan tetap menjaga persatuan," kata Presiden di kediaman pribadinya di kelurahan Sumber, kecamatan Banjarsari, Surakarta, Kamis, 25 Mei 2017..
"Saya menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada para korban dan keluarganya, baik yang masih di rumah sakit maupun yang meninggal terutama aparat kepolisian yang gugur dalam menjalankan tugas," tambah Presiden.
ANTARA