Memanusiakan Petani Tabanan
Selasa, 23 Mei 2017 11:16 WIB
INFO NASIONAL - Melalui tangan dingin Ni Putu Eka Wiryastuti, Tabanan disiapkan menjadi lumbung padi yang mampu mengangkat derajat petani, yang selama ini cenderung termarginalkan. Sejak menjabat Bupati Tabanan, Eka berfokus pada pertanian dan lingkungan hidup untuk meningkatkan pendapatan daerah. Langkah ini membuat dia mendapatkan berbagai penghargaan, salah satunya sebagai Tokoh Pengembang Program Pertanian iNews Maker 2017 Jakarta untuk kedua kalinya.
"Selama ini, petani hanya dijadikan simbol. Keberadaannya dibutuhkan, tapi kesejahteraannya sangat rendah. Saatnya kita wong-kan (manusiakan) petani. Jadikan mereka bangga sebagai petani dan menjadi 'tuan rumah' di tanahnya sendiri, " ujarnya saat ditemui dalam acara malam Apresiasi iNews Maker 2017, Senin, 22 Mei 2017.
Nyatanya, potensi Tabanan sangat besar di bidang pertanian. Bahkan areal sawah terasering atau yang dikenal dengan subak di Desa Jatiluwih seluas 3.000 hektare ini termasuk World Heritage UNESCO sejak 2012.
Karena itu, dia melakukan kerja sama teknologi pertanian dengan Toyama, Jepang. Nantinya, di Jatiluwih akan dibangun pembangkit listrik dengan teknologi mikrohidro dan pabrik pengolahan di Pupuan. Lokasi tersebut sekitar 20 kilometer dari kota Tabanan. "Jatiluwih sebagai pilot project, sedangkan Pupuan direncanakan sebagai tempat pelatihan," ucapnya.
Eka menambahkan, selama ini citra petani hanya sekadar bertanam di sawah, menjual gabah, selesai. Atau berkebun di ladang, lalu menjual buah dan sayur. Kalau hanya sebatas itu, tentu tidak akan mengangkat perekonomian petani. Cara tradisional ini akan diubah melalui teknologi dan pelatihan bagi petani agar maju.
Melalui konsep ekonomi kerakyatan, langkah tersebut diwujudkan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
Saat ini, Pemkab Tabanan mengucurkan dana Rp 200 juta untuk satu BUMDes atau Rp 30 miliar pada 2017. Selain itu, tunjangan beras sehat kepada pegawai negeri Rp 11 ribu dengan membeli 240 ton beras dari petani.
Eka tak muluk-muluk. Dia hanya ingin memanjakan petani sebagai bentuk pembelaan dari pemerintah. Selama ini, mereka hanya dijadikan simbol semata dan sekarang saatnya menjadikan mereka "tuan rumah" di tanahnya sendiri.
"Kami memiliki sektor alam yang besar, seperti di Toyama. Bedanya, petani di sana hidup makmur, bahkan bisa jalan-jalan ke luar negeri. Ini yang ingin kita lakukan karena rakyat menunggu janji kita," kata bupati, yang baru-baru ini mendapat Penghargaan Satya Lencana dari Presiden Joko Widodo dalam pembangunan pertanian.
Selanjutnya, Eka melakukan sinergi pariwisata berbasis pertanian sehingga menambah nilai lebih bagi petani, yaitu disinergikan menjadi desa wisata. Nantinya, masyarakat terdorong aktif dalam memberi pelayanan terbaik bagi wisatawan yang datang ke desa.
Saat wisatawan datang, mereka tak hanya melihat keindahan alamnya, tapi juga tinggal di desa, berbaur dan merasakan kehidupan dengan masyarakat sekitar, yang juga mempercantik rumahnya menjadi homestay nyaman, termasuk mempertontonkan kesenian dan budaya setempat sehingga desa tersebut akan hidup.
Saat ini, terdapat 58 BUMDes dari total 133 desa dan baru 21 desa wisata yang tersebar di wilayah Tabanan. Harapannya, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,4 persen, tentu mampu menggenjot Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) melalui pertanian.
"Harapannya, petani tak hanya sebagai pelaku, tapi juga penikmat. Sehingga di masa depan para petani bisa maju dan sejahtera, bahkan bisa jalan-jalan ke luar negeri, seperti petani di Jepang," tuturnya. (*)