Pameran Ratusan Alat Musik Etnik dari 27 Provinsi di Sonobudoyo

Reporter

Kamis, 27 April 2017 21:13 WIB

17 kelompok karawitan dan 450 orang pengrawit (sebutan untuk para pemain musik gamelan), berusaha memecahkan rekor dunia Pagelaran Karawitan Terlama 24 jam Non stop di Pendopo Ki Panjangmas ISI Yogyakarta, Jumat (14/12). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 200-an alat musik tradisional atau etnik koleksi dari 34 museum negeri yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia dipamerkan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta sejak 26-28 April 2017. Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara 2017 yang mengangkat tema Sounding The Diverse Colletivities itu memamerkan alat-alat musik khas daerah, termasuk yang sudah langka.

“Apalagi beberapa alat music tradisional Indonesia ada yang masuk intangible culture yang diakui Unesco,” kata Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Harry Widianto saat pembukaan pameran di halaman Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Rabu, 26 April 2017.

Baca juga:
Yogyakarta Gelar Festival Wayang Topeng

Beberapa alat music yang dimaksud adalah angklung dan gamelan. Bahkan menjelang pembukaan, peserta pameran diajak berlatih music angklung. Dalam waktu hanya sekitar 15 menit, para peserta bisa menyanyikan sejumlah lagu, seperti Cucak Rowo, Kasih Ibu, juga We Are The World secara bersama-sama.

“Karena ciri alat music masuk kategori kebudayaan tak benda adalah dimainkan. Bukan didiamkan,” kata Harry.

Kepala Museum Sonobudoyo Riharyani menambahkan, ada dua koleksi gamelan langka yang ikut dipamerkan dalam pameran tersebut. Yaitu Gamelan Mega Mendung dari Kasultanan Cirebon pada abad 19 yang dikoleksi Museum Sonobudaya karena peninggalan Java Institute. Kemudian Gamelan Nyai Riris Manis peninggalan Sultan Hamengku Buwono VI saat maasih bertahta sebagai Raja Kasultanan Yogyakarta. “Dua perangkat gamelan itu masterpiece,” kata Riharyani.

Ada pula alat music rinding dari bamboo yang meupakan alat music tradisonal khas dari Gunung Kidul. Juga alat musik bundengan khas Wonosobo yang juga sudah jarang dimainkan. Sedangkan sejumlah alat music tradisonal lainnya antara lain dari museum di Papua, Maluku, NTB, NTT. Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Aceh, juga Museum Nasional Jakarta.

Menurut curator pameran Ons Untoro, alat-alat music yang langka tersebut ikut dipamerkan karena untuk menunjukkan kepada publik tentang keberadaan alat-alat music yang popular pada zamannya. “Dan ternyata alat-alat musi itu terus mengalami perubahan. Kami ingin tunjukkan itu,” kata Ons.

Dengan melibatkan banyak museum dari berbagai daerah di Indonesia, menurut Ons, sekaligus juga menunjukkan alat-alat music koleksi museum tersebut tidak selalu berasal dari daerah di mana museum itu berada. Seperti Gamelan Mega Mendung yang berasal dari Cirebon, tetapi dikoleksi di Yogyakarta. “Bisa jadi ada pertukaran cinderamata berupa alat music antar raja pada zaman itu,” kata Ons.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita terkait

Sampah Menyebar di Beberapa Titik Jalan usai Libur Panjang, Begini Pengolahan Limbah di Yogyakarta

2 hari lalu

Sampah Menyebar di Beberapa Titik Jalan usai Libur Panjang, Begini Pengolahan Limbah di Yogyakarta

Sampah yang masuk ke TPS 3R Nitikan Yogyakarta akan diolah menjadi bahan bakar alternatif Refused Derived Fuel (RDF).

Baca Selengkapnya

Tragedi SMK Lingga Kencana, Pemkot Yogyakarta Ungkap Syarat Ketat Study Tour

4 hari lalu

Tragedi SMK Lingga Kencana, Pemkot Yogyakarta Ungkap Syarat Ketat Study Tour

Salah satu syarat study tour adalah pemilihan bus atau kendaraan, usianya tak boleh lebih dari enam tahun dan harus lolos uji KIR.

Baca Selengkapnya

Usai Libur Panjang, Yogyakarta Diwarnai Sejumlah Aksi Ricuh Konvoi Lulusan Sekolah

5 hari lalu

Usai Libur Panjang, Yogyakarta Diwarnai Sejumlah Aksi Ricuh Konvoi Lulusan Sekolah

Aksi ricuh pelajar yang masih berseragam sekolah itu membuat lalu lintas di sejumlah Kota Yogyakarta tersendat.

Baca Selengkapnya

Universitas Brawijaya Akan Buka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin Cina

8 hari lalu

Universitas Brawijaya Akan Buka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin Cina

Universitas Brawijaya akan membuka Rumah Budaya Indonesia di Tianjin, China untuk mendorong pengenalan bahasa

Baca Selengkapnya

Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

10 hari lalu

Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

Yogyakarta sebagai destinasi wisata turut tercoreng oleh masalah sampah yang belum terselesaikan setelah TPA Piyungan tutup.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

11 hari lalu

Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

Sultan Hamengku Buwono X memberi pesan khusus kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di acara Syawaan.

Baca Selengkapnya

Sejarah Panjang Kebaya dan Perlunya Jadi Identitas Budaya Indonesia

11 hari lalu

Sejarah Panjang Kebaya dan Perlunya Jadi Identitas Budaya Indonesia

Pakar mengatakan kebaya bisa menjadi identitas budaya Indonesia berbasis kelokalan dengan sejarah panjang busana di Nusantara.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

11 hari lalu

Mahasiswa STIP Jakarta Meninggal Dianiaya Senior, Mengapa Budaya Kekerasan di Kampus Terus Terulang?

Seorang mahasiswa STIP Jakarta meninggal setelah dianiaya oleh seniornya. Lalu, mengapa budaya kekerasan itu terus terulang?

Baca Selengkapnya

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

13 hari lalu

Cara Perpustakaan Pikat Pembaca Muda

Sejumlah perpustakaan asing milik kedutaan besar negara sahabat di Jakarta berbenah untuk menarik lebih banyak anak muda, khususnya generasi Z.

Baca Selengkapnya

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

19 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya