Direktur pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamidin bersama enam mantan teroris yang tergabung dalam Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme, menunjukan foto daftar pencarian orang tindak pidana terorisme dalam dialog pelibatan masyarakat dalam mencegah paham radikal-terorisme, di Jakarta, 4 Agustus 2016. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan sivitas Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha) Sidoarjo untuk riset radikalisme di dunia pendidikan, utamanya di ranah perguruan tinggi, guna mengantisipasi radikalisme di ranah kampus.
"Ada unsur penelitian di dunia kampus. Umaha bersama beberapa universitas mengidentifikasi radikalisme di perguruan tinggi sekaligus formulanya," kata Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius di sela acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BNPT-Umaha di Jakarta, Kamis, 20 April 2017. Baca : Muhammadiyah: Mengkaitkan Wahabi dengan Terorisme Tidak Relevan
Menurut dia, saat ini tidak ada lini yang benar-benar steril dari radikalisme, termasuk dunia pendidikan. Beberapa kasus membuktikan para pelaku radikal berasal dari golongan ekonomi mampu dan berpendidikan cukup, bahkan beberapa di antaranya sudah bergelar doktor.
Untuk itu, Suhardi berharap riset kampus terhadap radikalisme dapat memberi sumbangsih masukan kepada BNPT mengenai tren radikalisme termasuk cara mengatasinya. Di beberapa daerah, radikalisme memiliki karakter spesifik dan perlu diperlajari serta diantisipasi dengan cara yang spesifik dan fundamental.
Ke depannya, kata dia, kerja sama dengan dunia kampus terkait riset radikalisme supaya bisa diperluas lagi. Artinya, BNPT semakin memiliki banyak referensi riset kampus maka dapat lebih efektif serta efisien membendung tumbuhnya radikalisme yang sudah merasuk hampir ke semua lini masyarakat. Simak juga : Sidang E-KTP, Saksi Akui Pernah Antar Segepok Duit ke Komplek DPR
"Kami ingin ada identifikasi. Makin banyak identifikasi maka makin kaya kita dengan data masalah apa yang terjadi, fenomenanya. Bisa saja daerah punya spesifikasi tertentu tapi di daerah lain beda lagi. Nantinya informasi itu kita kemas maka kita dapat keragaman data dan bisa diimplementasikan secara nasional," tuturnya.
Kepala BNPT mengatakan saat ini radikalisme perlu perhatian serius dari setiap unsur masyarakat. Salah satu antisipasi yang dapat dilakukan adalah lewat pendekatan komunikasi yang baik antarindividu di tengah masyarakat. Bagi kalangan siswa dan mahasiswa, perlu perhatian sivitas akademika dan keluarga.
Rektor Umaha, Achmad Fathoni Rodli mengatakan pihaknya telah memulai riset terkait radikalisme dengan kerja sama lintas kampus. Kerja sama dengan BNPT diharapkannya bisa memberi sumbangsih pencegahan radikalisme di dunia pendidikan.
"Kami sudah memetakan beberapa daerah pinggiran. Daerah dengan basis keagamaan bisa kita pantau. Tapi di daerah yang pendidikannya nonkeagamaan justru sangat rentan terhadap radikalisme. Mereka tidak pernah mengaji dan mengkaji keagamaan. Tapi berbagai terjemahan mereka adopsi yang bisa menyebabkan pemahaman menyimpang tentang agama," ujarnya.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Bangbang Surono, A.k, M.M, CA., optimis BNPT mampu berperan dan berdampak dalam mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
26 Februari 2024
Peran Perempuan dalam Terorisme Harus Dilihat Secara Holistik
Executive Board Asian Moslem Network (AMAN) Indonesia, Yunianti Chuzaifah, menyoroti kaitan kaum perempuan Indonesia dengan terorisme tak hanya terjadi di ruang publik, melainkan juga di ruang domestik.