Remaja Yang Mengerti Kesehatan Reproduksi Hanya 10 Persen

Reporter

Jumat, 24 Maret 2017 02:01 WIB

Warga mendatangi mobil unit pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang disediakan Pemerintah Kota Banda Aceh untuk pemeriksaan dan konsultasi reproduksi di Desa Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh, 26 Januari 2016. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Yogyakarta - Para peneliti kesehatan reproduksi menyebutkan jumlah remaja yang menikah usia dini masih tinggi. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus pada 2015 menunjukkan terdapat 1,5 juta penduduk usia 15-19 tahun yang menikah dan bercerai.

Remaja tersebut tinggal di perdesaan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Paling banyak pernikahan usia dini tersebar di daerah pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Timur. Dampak dari pernikahan usia dini adalah potensi kematian untuk ibu hamil maupun anaknya.

Baca: Begini Pemerintah Cegah Kehamilan di Usia Dini

Koordinator Johns Hopkins Centre for Communication Program, Eddy Hasmi, mengatakan pusat kesehatan reproduksi pemerintah maupun organisasi non-pemerintah belum menjangkau remaja secara merata di perdesaan.

Baca: Kemenkes Bantah Vaksin Kanker Serviks Bikin Menopouse Dini


“Banyak lembaga yang berkumpul di satu tempat. Tidak merata akses layanan informasinya,” kata dia dalam acara pertemuan nasional kesehatan reproduksi remaja di Hotel Hyaat Regency Yogyakarta, Kamis 23 Maret 2017.

Eddy mengatakan remaja yang mengerti tentang program kesehatan reproduksi hanya 10 persen. Sedangkan remaja yang datang untuk mengakses informasi ke Pusat Kesehatan Masyarakat Remaja dan lembaga lainnya hanya lima persen. Informasi tentang kesehatan reproduksi di internet masih belum mencukupi dan bercampur banyak informasi yang tidak tepat.

Beberapa di antara remaja juga menyebut layanan tidak ramah remaja. Konselor memberikan informasi seperti menggurui. Padahal, mereka lebih senang diajak dialog. Akses informasi ini penting untuk mencegah remaja menikah usia dini. “Mereka gamang mencari layanan kesehatan reproduksi,” kata dia.

Menurut dia, mereka yang hamil di bawah 19 tahun dikategorikan kurang aman. Remaja yang menikah usia dini diduga karena kurang pengetahuan, lingkungan, dan faktor ekonomi. Di perdesaan misalnya, mereka yang hanya lulus sekolah menengah pertama dan tidak punya kegiatan.

Peneliti Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Issac Tri Oktaviati Ratnaningsih, menyebutkan remaja kesulitan mencari informasi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Riset itu dilakukan di sembilan provinsi mewakili pulau-pulau besar di Indonesia pada November 201-Maret 2017. Di antaranya Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi.

Ia melakukan riset dengan mewawancarai remaja usia 10-19 tahun dan orang tuanya. Mereka mayoritas mengatakan di sekitarnya tidak ada layanan kesehatan reproduksi. Sedangkan, mereka yang berusia 15-19 tahun lebih nyaman berkomunikasi dengan teman sebaya dan mencari informasi tentang kesehatan reproduksi di internet.

Mereka yang berusia 10-14 tahun menginginan memperbincangkan kesehatan dengan orang tuanya. Tapi orang tua bilang belum saatnya. “Orang tua bilang tabu dan tidak tahu harus menjelaskan apa,” kata dia.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

11 jam lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

3 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

8 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

9 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

19 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

36 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

37 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

55 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya