TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Sekolah dan guru Sekolah Menengah Pertama Piri 1 Yogyakarta menyebut Ilham Bayu Fajar, korban yang tewas karena klitih atau aksi kriminal anak-anak dan remaja tidak pernah terlibat dalam geng pelajar. “Dia anak yang baik. Bukan tipe siswa yang suka berkelahi,” kata Wakil Kepala SMP Piri Bidang Kemahasiswaan SMP Piri Budi Prasetyo Dewo Broto, kepada Tempo, Rabu, 15 Maret 2017.
Siswa kelas III itu, kata Budi tidak pernah melawan maupun membantah guru sekolah. Misalnya ketika guru menyuruhnya menghapus tulisan di papan seusai pelajaran. Dia juga tidak pernah membantah ketika guru menegurnya saat terlambat masuk sekolah. Ilham pun meminta maaf bila terlambat datang ke sekolah.
Menurut Budi, orang tua Ilham memperhatikan anaknya. Ayahandanya, Tedy Efriansyah mengantar dan menjemput Ilham ke sekolah. Ibunda Ilham, Retno Supardini juga aktif berkomunikasi dengan Budi bila Ilham tidak masuk sekolah.
Sekolah itu punya tradisi setiap siswa bersalaman dengan guru dan kepala sekolah setiap mereka masuk sekolah. Selain mendekatkan guru dan siswa, tradisi itu membantu guru untuk tahu siapa saja yang terlambat dan tidak masuk sekolah lebih awal. “Ilham tidak pernah neko-neko. Hanya terlambat masuk sekolah saja,” kata Kepala Sekolah SMP Piri, Purwiyadi.
Ilham yang tidak punya hasrat melakukan kekerasan dikuatkan ayahandanya, Tedy Efriansyah. Ilham jauh dari kesan pelajar yang ikut-ikutan bergabung dengan geng pelajar. Tedy bercerita Ilham anak yang pendiam dan tidak pernah macam-macam. Ia juga tidak gemar nongkrong atau kumpul-kumpul. Hanya sesekali saja Ilham berkumpul dan ikut kakaknya nongkrong. “Ilham lebih suka di rumah,” kata Tedy.
Kepala SMP Piri, Purwiyadi mengatakan kemampuan akademik Ilham biasa-biasa saja. Di sekolah itu Ilham dikenal para siswa hampir di semua kelas. Ia luwes bergaul dengan siapapun dan tidak pilih-pilih kawan. Teman-teman sekolahnya terpukul. Ahad siang, 11 Maret, teman-teman dan gurunya tumpah ruah melayat ke rumah duka dan mengantar ke pemakaman.
Purwiyadi menyebut Ilham tidak pernah punya masalah dengan kawan-kawannya di sekolah itu. Beberapa alumni sekolah itu bahkan akrab dengan Ilham dan datang untuk berduka ke rumah Ilham. Sekolah juga menggelar secara khusus doa dan salat jenazah secara khusus untuk Ilham.
Purwiyadi meminta pemerintah serius menangani kasus klitih yang meresahkan guru dan orang tua siswa. Ia meminta pemerintah maupun polisi melakukan tindakan preventif untuk mengantisipasi tindakan kekerasan terhadap pelajar itu. “Kami harap pemerintah punya regulasi khusus untuk memutus rantai kekerasan ini,” kata dia.