Rezim Orde Baru Bangkit, Pengamat: Produk Reformasi Harus Waspada

Reporter

Editor

Elik Susanto

Senin, 13 Maret 2017 18:13 WIB

Pengunjung mengamati koleksi foto mantan presiden RI Soeharto yang merupakan bagian dari peluncuran buku foto "Incognito Pak Harto" menjelang haul ke-92, di Jakarta, Rabu (5/6). ANTARA/Yudhi Mahatma
<!--more-->
Kristiadi menyebut ada situasi genting dalam kebangkitan semangat orde baru yang kembali ingin berkuasa. Tidak semua cita-cita dan arah demokrasi berjalan sesuai yang diharapkan. Hal tersebut, kata Kristiadi, dimanfaatkan oleh mereka yang mendambakan rezim Soeharto.

Situasi tersebut dinilai bisa menimbulkan arus balik yang digawangi oleh orang-orang anti-demokrasi untuk kembali kepada negara yang anarki, otortarian, militeristik, dan sebagainya. “Kita dan teman-teman produk reformasi bisa waspada kemungkinan arus balik yang bisa menggusur reformasi. Bagi saya ini indikasinya semakin jelas. Apalagi, lembaga demokrasi selama masa reformasi tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat,” ujar Kristiadi.

Baca juga: Hadiri Haul Soehartodan Supersemar, Mobil Djarot Dilempar Botol

Turunnya kepercayaan masyarakata terhadap negara demokrasi juga dipicu dengan berbagai permasalahan yang mandek di tengah jalan. Kasus-kasus besar yag melibatkan petinggi negara juga turut andil dalam menggerus kepercayaan masyarakat, seperti kasus korupsi proyek E-KTP.

“Artinya, pembusukan semakin dalam. DPR itu isinya orang partai. Kondisi pemerintahan dan negara juga lemah. Ini yang mengakibatkan jika ini diteruskan bursa pendapat uumum akan dipasok oleh orang-orang yang anti-reformasi yang bilang lembaga itu sudah gagal. Ini yang gawat di sini,” ujar Krsitiadi.

Baca: Haul Soeharto dan Supersemar, Anies: Belajar Sejarah untuk Masa Depan

Kristiadi menilai Keluarga Cendana juga bisa memanfaatkan kemunculan gerakan nasionalisme religi yan g mengembangkan nasionalisme berdasarkan agama. Selain itu, dimunculkannya kembali musuh dan hantu komunisme yang sudah tidak ada, tapi tetap dianggap ancaman. Mereka mecoba menawarkan alternatif di tengah ketidakpercayaan masyarakat.

“Ini ada kolaborasi dari berbagai macam pihak, ada koalisi orang atau tokoh elite yang berkurang kenyamannanya. Bisa juga dari orang yang ingin menargetkan diri jadi presiden ataupun orang yang berasal dari segala macam kekuatan berkumpul untuk melawan kekuatan Jokowi,” ujar Kristiadi.

LARISSA HUDA

Advertising
Advertising

Berita terkait

Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

19 hari lalu

Profil dan Kontroversi Tien Soeharto: Kisah Perjalanan Seorang Ibu Negara

Tien Soeharto memiliki profil yang kompleks, seorang ibu negara yang peduli hingga terlibat dalam berbagai kontroversi yang mengiringi masa pemerintahan suaminya.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

19 hari lalu

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.

Baca Selengkapnya

Quick Count yang Ditunggu Usai Pencoblosan Pemilu 2024, Begini Aturannya

4 Februari 2024

Quick Count yang Ditunggu Usai Pencoblosan Pemilu 2024, Begini Aturannya

Menjelang Pemilu 2024, akan mulai bermunculan lembaga quick count atau hitung cepat perolehan suara paslon. Berikut penjelasan dan mekanismenya

Baca Selengkapnya

Jokowi Giat Bagi-bagi Bansos ke Beberapa Daerah Jelang Pemilu 2024, Begini Kata CSIS

24 Januari 2024

Jokowi Giat Bagi-bagi Bansos ke Beberapa Daerah Jelang Pemilu 2024, Begini Kata CSIS

Jokowi giat bagi-bagi bansos menjelang Pemilu 2024. Ke daerah mana saja dibagikan? Begini kata CSIS, ada kaitannya dengan Pemilu 2024?

Baca Selengkapnya

Ramai-ramai Respons Soal Gibran Sebut Keberhasilan Food Estate Singkong di Kabupaten Gunung Mas

23 Januari 2024

Ramai-ramai Respons Soal Gibran Sebut Keberhasilan Food Estate Singkong di Kabupaten Gunung Mas

Sejumlah pihak menanggapi pernyataan Calon wakil presiden nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka yang mengatakan program food estate singkong tak semuanya gagal.

Baca Selengkapnya

Walhi-Greenpeace-CSIS Respons Klaim Gibran soal Food Estate Gunung Mas Berhasil

23 Januari 2024

Walhi-Greenpeace-CSIS Respons Klaim Gibran soal Food Estate Gunung Mas Berhasil

Klaim Gibran soal keberhasilan food estate Gunung Mas menuai respons dari Walhi, Greenpeace, dan CSIS. Begini kata mereka.

Baca Selengkapnya

CSIS Tanggapi Klaim Gibran tentang Keberhasilan Food Estate: Itu Sawah Palsu

22 Januari 2024

CSIS Tanggapi Klaim Gibran tentang Keberhasilan Food Estate: Itu Sawah Palsu

CSIS menilai klaim keberhasilan food estate yang disampaikan Gibran tidak sesuai fakta. Sebab sebagian besar proyek tersebut gagal karena dipaksakan.

Baca Selengkapnya

Gibran Tanya Cara Cegah Greenflation, Peneliti CSIS Beberkan Jurusnya

22 Januari 2024

Gibran Tanya Cara Cegah Greenflation, Peneliti CSIS Beberkan Jurusnya

Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Dandy Rafritandi mengatakan ada sejumlah cara mencegah greenflation.

Baca Selengkapnya

Prabowo Puji Gibran Paham Ekonomi Usai Debat Cawapres dengan Tema Lingkungan Hidup, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat

22 Januari 2024

Prabowo Puji Gibran Paham Ekonomi Usai Debat Cawapres dengan Tema Lingkungan Hidup, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat

Prabowo sebut Gibran menguasai pemahaman ekonomi, tetapi tema debat sebenarnya tentang lingkungan hidup, pangan, agraria, masyarakat adat.

Baca Selengkapnya

Dosen Monash University Indonesia: Sebagai Pengguna Medsos Terbesar di Asia Tenggara, Waspada Propaganda Partisipatif

22 Januari 2024

Dosen Monash University Indonesia: Sebagai Pengguna Medsos Terbesar di Asia Tenggara, Waspada Propaganda Partisipatif

Dosen senior Monash University Indonesia, Ika Idris, mengatakan Indonesia tercatat sebagai pengguna medsos terbesar di Asia Tenggara harus waspada.

Baca Selengkapnya