Raih Penghargaan dari UNS, Goenawan Mohamad Soroti Hoax
Editor
Dwi Arjanto
Senin, 13 Maret 2017 07:13 WIB
TEMPO.CO, Surakarta - Sastrawan Goenawan Mohammad memperoleh penghargaan Parasamya Anugraha Dharma Krida Budhaya dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Penghargaan tersebut disematkan hampir bersamaan dengan hari jadi UNS ke-41, tepatnya pada Sabtu, 11 Maret 2016.
Dalam sambutannya, pria yang kerap disapa GM ini mengucapkan terima kasih atas penghargaan yang ia peroleh dari Senat Guru Besar UNS. Menurut dia, gelar yang ia peroleh bukan saja merupakan tanda apresiasi atas apa yang dilakukannya bersama banyak rekan di bidang kebudayaan, tapi juga sebagai pengingat bahwa ia tak bekerja sendiri.
Baca: UNS Menganugerahi Goenawan Mohamad Penghargaan Bidang Budaya
“Ada orang dan lembaga yang mengikuti, malah memantau, apa yang saya lakukan, dan itu mengharuskan saya bekerja secara lebih baik dan bertanggung jawab,” kata Goenawan dalam sambutannya, Sabtu, 11 Maret 2017.
Dalam kesempatan itu, Goenawan sempat memberikan uraian singkat tentang keprihatinan atas kegaduhan politik yang disebabkan munculnya banyak berita bohong, informasi palsu, fitnah, dan suara kebencian, yang sebelumnya tak pernah ada dalam sejarah politik Indonesia.
Goenawan menuturkan dia bukan seorang yang berasal dari dunia ilmiah, tapi secara serabutan bersentuhan dengan lingkungan akademis, baik sebagai orang yang belajar maupun mengajar. Namun di luar dari itu, ia menerima kehormatan berbicara di hadapan undangan yang memadati auditorium kampus yang terletak di Surakarta, Jawa Tengah itu.
Simak: Goenawan Mohamad Luncurkan Buku Puisi `Fragmen`
Selain itu, ia mengemukakan pentingnya peran civitas academica universitas dalam membentuk mahasiswa dan mengembangkan lembaga pendidikan tinggi. “Tiap lembaga, juga universitas, didorong menyesuaikan diri dengan situasi, di mana hampir setiap hari kita berhadapan dengan penemuan baru. Seakan-akan masa depan tak sabar menerobos ke dalam kamar kerja dan jalanan kita sekarang juga,” tutur wartawan senior majalah Tempo itu.
Goenawan juga menyoroti tentang derasnya “gelombang ketiga” atau biasa dikenal sebagai dunia digital, yang membuat dunia pendidikan ikut menyesuaikan diri karena produk-produk digital di bidang pengajaran menyerbu. Sebagai contoh, kuliah yang disampaikan melalui rekaman audio dan video mampu mencapai hadirin yang jauh dan melintasi batas geografis.
Sehingga, sejak 2012, massive open online courses (MOOC) makin populer, yang didukung universitas-universitas Amerika, seperti Stanford, Harvard, dan MIT. Menurut Goenawan, digitalisasi ini diarahkan untuk bisa menggantikan ruang kuliah, perpustakaan, dan laboratorium tempat mahasiswa dan guru bertemu, berinteraksi, dan bereksperimen. “Tak dapat diingkari bahwa teknologi digital telah mempermudah penyebaran pengetahuan,” tutur Goenawan.
DESTRIANITA
Lihat juga: Soal Dana Frankfurt Book Fair, Goenawan Mohamad: Itu Fitnah!
Catatan:
Artikel ini diperbaiki pada Senin, 13 Maret 2017 pukul 16.56 WIB