Pengamat Politik: Pemilih Islam Mau ke Mana?  

Reporter

Senin, 20 Februari 2017 21:08 WIB

Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) membantu warga memasukan kertas suara yang ingin memberikan hak suaranya di TPS 45 RW 07, Kebon Pala, Jakarta Timur, 15 Februari 2017. Petugas KPPS menggunakan seragam sekolah untuk menarik perhatian warga dalam memberikan hak suaranya pada Pilkada DKI Jakarta 2017. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Adi Prayitno, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, memperhatikan pola pemilih Islam pascareformasi. Terkait dengan pemilihan serentak pada 2017, pilkada DKI Jakarta bisa menjadi contohnya. Meskipun dalam pilkada DKI putaran kedua nanti jumlah pemilih beragama Islam dominan, suara pemilih muslim tampaknya tersebar dengan berbagai alasan, bisa ke Anies-Sandi atau ke Ahok-Djarot.

Pemilih Islam ke mana? "Pasca reformasi, saya termasuk salah seorang yang tak terlalu percaya dengan politik aliran Islam saat ini. Corak dan model keberagaman menjadi alasan fundamental tersebarnya pemilih Islam ke banyak partai," kata Adi.

Baca juga:
Pengamat Politik: Bisa Jadi SBY Pakai Jurus Pilpres 2014
Pengamat Politik: 4 Kemungkinan Berlabuh Suara Agus-Sylvi

Menurut dia, jika betul bahwa Islam menjadi sentiment elektoral dalam pilkada, sejatinya partai seperti Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Persatuan Pembangunan bisa satu perahu dengan Partai Keadilan Sejahtera yang mendukung Anies-Sandi. "Tapi nyatanya tidak terjadi pada putaran pertama," ucapnya.

Sudah menjadi rahasia umum, menurut Adi, masing-masing partai Islam tersebut memiliki irisan ideologi yang berbeda-beda. "PKB dan PAN, misalnya. Pemilihnya yang berbasis NU dan Muhammadiyah relatif open minded, terbuka dan inklusif. Berbeda dengan pemilih PKS dan PPP yang relatif tertutup menjaga jarak dengan komunitas Islam lain," ujarnya. "Suasana kebatinan semacam itulah yang kerap menjadikan pemilih Islam tak solid dalam setiap hajatan elektoral."

Baca pula: Pengamat Politik: Jalan Sulit PAN, PKB, PPP di Pilkada DKI


Lebih lanjut, Adi menekankan pula persoalan gengsi. "Belum lagi soal gengsi, antarelite partai Islam turut mewarnai ketidakharmonisan pemilih Islam. Mereka terkotak-kotak secara alamiah, bergantung pada ke mana kiblat pemikiran mereka," tuturnya.

Bahkan, pada level tertentu, menurut Adi, pemilih PKB, misalnya, sudah tak mempersoalkan latar belakang etnis dan agama calon pemimpin. "Berbeda dengan PKS dan PPP yang masih sulit menerima pemimpin dari kalangan minoritas, agama dan etnis tertentu. Dalam konteks pilkada DKI Jakarta, misalnya, meski PAN punya habit terbuka, sepertinya mereka cukup sulit menerima sosok yang cukup kontroversial menista agama dan menghardik ulama," kata Adi.

Meski begitu, dalam konteks demokrasi elektoral Indonesia saat ini, alasan corak keagamaan semacam itu mulai tak berarti. "Perlahan mulai tergantikan oleh kepentingan politik, konsesi kekuasaan, dan sebagainya," ucap Adi Prayitno.

S. DIAN ANDRYANTO

Simak: Pemuda Muhammadiyah Minta Ahok Dicopot, Jokowi:Tunggu Sidang





Berita terkait

Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

27 November 2023

Di Acara Milenial dan Gen Z, Anies Jawab Soal Tuduhan Politik Identitas Saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menjawab tuduhan soal penggunaan politik identitas saat Pilkada DKi 2017 pada acara Indonesia Milleninial and Gen-Z Summit 2023.

Baca Selengkapnya

Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

30 September 2023

Anies Ungkit Momen Berutang di Pilkada DKI, Singgung Biaya Politik Mahal

Anies menuturkan mahalnya biaya kampanye bukan berarti ketika menjadi pejabat harus balik modal

Baca Selengkapnya

Mudarat Opsi Kanibal Komponen KRL

8 Maret 2023

Mudarat Opsi Kanibal Komponen KRL

Pemerintah mempertimbangkan opsi retrofit atau perpanjangan umur pakai kereta listrik atau KRL menggunakan komponen kereta lain.

Baca Selengkapnya

Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

14 Februari 2023

Di Acara Partai Ummat, Anies Baswedan Cerita Diberi Label saat Pilkada DKI 2017

Anies Baswedan menyebut ada dua pendekatan untuk menciptakan persepsi ini.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

11 Februari 2023

Anies Baswedan Buka Suara soal Utang Rp 50 Miliar ke Sandiaga: Sudah Selesai Dulu

Anies Baswedan menegaskan tidak ada utang yang hari ini harus dilunasi.

Baca Selengkapnya

Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

11 Februari 2023

Politikus NasDem Minta Sandiaga Klarifikasi Surat Utang Anies Baswedan

Ada juga poin yang menyatakan jika Anies-Sandi menang, maka Anies Baswedan bebas dari utang tersebut.

Baca Selengkapnya

Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

6 Februari 2023

Soal Perjanjian Utang dengan Anies Baswedan, Sandiaga: Saya Baca Dulu

Sandiaga belum mau menanggapi soal utang Anies Baswedan ke dirinya saat Pilkada DKI 2017.

Baca Selengkapnya

Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

6 Februari 2023

Fadli Zon Buka Suara Soal Perjanjian Anies Baswedan - Sandiaga Uno di Pilkada DKI

Fadli Zon mengakui membikin draft perjanjian antara Anies Baswedan dan Sandiaga Uno saat Pilkada DKI 2017. Soal utang, Fadli tak mau bicara.

Baca Selengkapnya

Wagub DKI Sebut Nasib Penjualan Saham Bir PT Delta Diserahkan ke Penjabat Gubernur

9 Agustus 2022

Wagub DKI Sebut Nasib Penjualan Saham Bir PT Delta Diserahkan ke Penjabat Gubernur

Penjualan saham bir PT Delta Djakarta adalah bagian dari janji kampanye Anies Baswdan dan Sandiaga Uno saat Pilgub DKI Jakarta.

Baca Selengkapnya

Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

31 Januari 2022

Pesan Anies Baswedan untuk Kedua Putra Haji Lulung

Anies Baswedan bercerita tentang dukungan yang diberikan Haji Lulung kepadanya dalam Pilkada DKI 2017.

Baca Selengkapnya