Asita Ancam Persoalkan Monopoli Garuda Indonesia
Editor
Dian Andryanto
Senin, 6 Februari 2017 14:13 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Assosiation of Indonesian Tours and Travel Agency (ASITA), Asnawi Bahar mengancam mempersoalkan maskapai Garuda Indonesia yang memonopoli bisnis penerbangan. Menurut Asnawi, emiten berkode GIAA itu kedapatan memaksa pegawai negeri sipil untuk menggunakan layanan penerbangan Garuda Indonesia, baik rute penerbangan domestik dan internasional.
Asnawi akan melakukan terobosan legal menggugat keputusan pemerintah yang memaksa pegawai negeri agar menggunakan jasa Garuda Indonesia. "Ini kan, aturan perlu ditinjau ulang, karena menjurus monopoli, kami akan persoalkan. Ingat, Garuda ada di bursa efek, kalau ada keributan seperti ini pasti berdampak di bursa," ujar Asnawi Bahar ketika tatap muka bersama puluhan pebisnis travel di Kota Banjarmasin, Senin 6 Februari 2017.
Baca juga:
Kasus Suap Emirsyah Satar, KPK Periksa Lagi Karyawan Garuda
Napi Korupsi Bebas Pelesiran (4), Ini Alasan Mereka
Ancaman Asnawi merespons keputusan manajemen Garuda Indonesia yang memangkas komisi travel agen atas penjualan tiket Garuda. Menurut dia, penyesuaian komisi terdiri atas penjualan tiket rute domestik dan internasional. Komisi tiket domestik turun dari 3 persen menjadi 2 persen.
Adapun komisi tiket internasional turun dari 4 persen menjadi 3 persen. Penyesuaian komisi semula berlaku efektif 30 Januari lalu, tapi mundur pada 1 Maret 2017.
"Kami minta dibatalkan. Karena posisi agen dengan porsi 7, 5, dan 3 persen itu sudah banyak yang bangkut, kami berhadapan dengan online travel agen yang malah menjual di bawah harga," kata Asnawi Bahar. Ia mengingatkan anggota Asita turut berkontribusi besar mendatangkan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
"Bagaimanapun juga, kami yang mendatangkan wisatawan mayoritas ke republik ini. Kalau kami masih disibukkan hal-hal begini, kapan kami bisa konsetrasi mendatangkan wisatawan?" Asnawi menambahkan.
Itu sebabnya, ia tegas menyatakan ada potensi pemerintah pusat gagal mendatangkan wisatawan mancanegara 20 juta orang ke Indonesia. Menurut Asnawai, pemangkasan komisi yang dikonversi lewat insentif Garuda Online Sales (GOS) justru berpotensi saling jegal antar travel agen. Selain, itu, kata dia, Asita kesulitan mencapai target yang ditetapkan Garuda di tengah situasi bisnis travel yang sempoyongan.
"Untuk mengejar target, kami pasti saling bunuh. Kalau target enggak tercapai, maka kami enggak dapat insentif. Kebijakan ini enggak arif, kami akan alihkan penjualan tiket ke airline lainnya," ujar dia.
Ketua Asita Kalimantan Selatan, Addy Chairuddin, menyatakan semua anggota Asita bersepakat tidak menjual tiket Garuda Indonesia sejak 30 Januari lalu. Ia berharap Garuda berkenan mengembalikan komisi penjualan tiket seperti semula.
"Karena komisinya sudah terlalu rendah, 2 persen belum dikurangi pajak lagi, dapat apa kami? Seperti nol saja, enggak ada pendapatan apa-apa," kata Addy seraya menambahkan boikot penjualan tiket Garuda tanpa tenggat waktu.
DIANANTA P. SUMEDI
Simak: Napi Korupsi Bebas Pelesiran (4), Ini Alasan Mereka