Mahasiswa UII Tewas, Diinjak dan Disabet Rotan 10 Kali
Editor
Widiarsi Agustina
Selasa, 24 Januari 2017 14:43 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta – Sri Handayani, 46 tahun, tak bisa lagi menahan geramnya. Ia tak bisa melupakan bagaimana Syaits Asyam dengan sesak napas menuturkan siksaan yang dialaminya selama menjalani Pendidikan Dasar The Great Camping (TGC) Mahasiswa Pecinta Alam Unisi Universitas Islam Indonesia (UII) yang membuat anak lelakinya itu meninggal.
Syaits sebelum nyawanya melayang, mengaku diinjak dan punggungnya disabet rotan sebanyak 10 kali. Di waktu yang lain, kepalanya diminta mengangkat air dalam ember.
“Saya shock melihat anak saya penuh luka dan kotor,” kata Sri Handayani ketika ditemui Tempo di kediamannya, Jetis Caturhardjo, Sleman, Senin malam, 23 Januari 2017.
Baca: Darah Keluar dari Anus, Mahasiswa UII Ini Akhirnya Meninggal
Syaits Asyam, mahasiswa angkatan 2015 Teknik Industri UII Yogyakarta itu, meninggal setelah mengikuti Pendidikan Dasar Mapala UII di lereng selatan Gunung Lawu, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Ia meninggal pada Sabtu kemarin, pukul 14.45, saat mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta.
Mahasiswa UII itu pun dibawa ke Bethesda dari lokasi kejadian oleh anggota Mapala Unisi yang bukan panitia diksar. Dari keterangan anggota Mapala itu, Syaits sempat diare.
Sri mendapati anaknya penuh luka. Punggung dua tangannya terluka dan kuku kaki sebelah kanan terlepas. Mahasiswa UII juga kesulitan bernapas dan hasil autopsi RS Sardjito yang dimintakan ayah Syaits, Abdullah Arby, ditemukan luka pada paru-paru sebelah kanan.
Simak Juga: Mahasiswa UII Tewas, Ikut Mapala karena Ingin Kurus
Sri mendapat telepon kalau Syaits dilarikan ke rumah sakit pada pukul 10.30. Ia sempat bercakap dengan anaknya, meski kesusahan. Menurut Sri, kondisi Syaits sudah sangat parah. Dokter yang merawatnya menyarankan Sri untuk mengambil kertas dan mencatat setiap pesan yang disampaikan Syaits.
Beberapa hal yang sempat dicatat Sri dari hasil dialog dengan Syaits, antara lain korban mengaku dipukul dengan rotan pada bagian punggung sebanyak sepuluh kali, disuruh mengangkat air dengan leher sehingga kesakitan, serta kakinya diinjak oleh seniornya. “Dia juga menyebut nama seniornya mahasiswa UII yang melakukannya,” kata Sri.
Menurut Sri, seorang teman Syaits mengatakan kalau mahasiswa UII itu sempat minta mundur dari diksar karena tak kuat dengan aktivitas fisik yang dialami. “Setelah mengundurkan diri, Syaits malah dipisahkan dari peserta lain,” kata Sri, yang menyatakan tidak mengetahui apa yang selanjutnya menimpa anaknya.
PITO AGUSTIN RUDIANA