TEMPO.CO, Yogyakarta - Dua paman Syaits Asyam, Lilik Margono, 52 tahun, dan Seno Aji, 50 tahun, mengaku heran dengan keinginan keponakannya itu naik gunung dengan bergabung dalam kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unisi di Universitas Islam Indonesia (UII).
Mahasiswa Jurusan Teknik Industri angkatan 2015 UII itu adalah anggota baru Mapala Unisi yang tengah mengikuti pendidikan dasar The Great Camping di lereng selatan Gunung Lawu, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada 13-20 Januari 2017. Namun Syaits meninggal dunia dalam perawatan di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, setelah mengikuti diksar pada 21 Januari 2017.
“Baru kali ini dia naik gunung. Padahal olahraga biasanya itu basket,” kata Lilik saat ditemui di rumah duka di Dusun Jetis, Desa Caturharjo, Kecamatan/Kabupetan Sleman, Senin, 23 Januari 2017.
Baca juga: Mahasiswa UII Tewas, Keluarga Merasa Ada Kejanggalan
Namun dua lelaki yang sudah menganggap Syaits, 20 tahun, sebagai anak kandungnya itu tidak kuasa mencegah. Meskipun yang keduanya ketahui, kegiatan fisik dalam diksar Mapala tak jauh berbeda dengan kegiatan fisik yang dilakoni tentara.
“Daripada dilarang tapi tetap ikut, lebih baik didukung,” ujar Seno.
Berdasarkan keterangan sahabat Syaits, anak semata wayang pasangan Sri Handayani, 46 tahun, dan Abdullah Arby, 46 tahun, itu bergabung dengan Mapala karena ingin mengisi waktu luang.
“Juga untuk ngurusin badan,” tutur Lilik menirukan cerita sahabat Syaits.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Simak:
Analis Politik: Jokowi dan SBY Tak Perlu Bertemu
Bukti Belum Kuat, Polda Jawa Barat Tunda Penetapan Status Rizieq