Gabungan Ormas islam Bangka Belitung menyatakan sikap untuk melaporkan ketua GP Ansor Bangka Belitung Masmuni Mahatma ke polisi karena dinilai melecehkan dan melakukan penghinaan terhadap Ketua FPI Rizieq Shihab, 22 Januari 2017. TEMPO/Servio
TEMPO.CO, Jakarta - Gabungan organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam di Bangka Belitung akan melaporkan Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Bangka Belitung Masmuni Mahatma ke polisi terkait dengan pernyataannya yang dinilai telah menghina dan melecehkan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Syihab.
Sebelumnya, pada Kamis, 19 Januari 2017, GP Ansor Bangka Belitung menyampaikan pernyataan sikap menolak Rizieq untuk menginjakkan kaki di Bangka Belitung karena dinilai telah merusak keutuhan bangsa dan kerukunan umat beragama. Ansor juga meminta Gubernur dan Kepala Kepolisian Daerah Bangka Belitung tidak memberi ruang kepada Rizieq dan FPI menggelar kegiatan di Bangka Belitung serta meminta Menteri Dalam Negeri membubarkan FPI dan memproses tindakan anarkis dan mencabut status kewarganegaraan anggota FPI.
Juru bicara aliansi ormas Islam Bangka Belitung, Sofyan Rudianto, mengatakan pihaknya meminta Masmuni dan GP Ansor mencabut pernyataan yang dinilai telah menghina ulama dan menyinggung perasaan muslim secara terbuka paling lambat 2 x 24 jam terhitung mulai Ahad lalu. Dan jika tidak ditindaklanjuti, pihaknya akan melaporkan masalah tersebut ke polisi.
“Apa yang disampaikan Masmuni tidak mencerminkan dia sebagai seorang dosen. Kami akan mendatangi Kementerian Agama yang menaungi STAIN SAS, tempat Masmuni mengajar, untuk meminta Masmuni diberhentikan karena dikhawatirkan akan menimbulkan bibit perpecahan dan kebencian di tengah masyarakat,” ujar Sofyan dalam keterangan persnya bersama ormas Islam di Umah Ubi Atok Kulop Resto, Minggu, 22 Januari 2017.
Sofyan mengatakan aliansi ormas Islam di Bangka Belitung juga menyatakan dukungannya kepada FPI untuk melakukan tuntutan hukum kepada Masmuni atas pernyataan yang telah disampaikan. Menurut dia, tudingan ulama dan khalifah pemecah umat tidak benar dan tidak dibuktikan. Menurut Sofyan, isu bahwa ulama anti-Pancasila, anti-kebhinekaan, dan mengajarkan radikalisme merupakan propaganda jahat yang dilakukan oleh orang yang menerapkan sistem ekonomi neoliberal.
“Seharusnya tuduhan itu dilayangkan kepada orang yang menerapkan sistem ekonomi liberal dengan menjual aset negara, menjual kekayaan alam Indonesia kepada asing dan aseng, serta orang yang tunduk kepada kepentingan mereka,” ujar dia.
Menurut Sofyan, terkait dengan pernyataan GP Ansor, para ulama di Bangka Belitung telah melakukan road show ke beberapa tempat untuk menenangkan massa agar tidak emosional dan bertindak anarkis.
“Kami sadari ini adalah bola panas yang sengaja mereka lemparkan agar umat Islam di Babel meresponsnya dengan kekerasan sekaligus untuk membuktikan tuduhan mereka bahwa Islam radikal itu benar. Tapi kita tidak terpancing,” ujar dia.
Sebelumnya, pada Sabtu lalu, bertempat di kantor PWNU Bangka Belitung, Ketua GP Ansor Bangka Belitung Masmuni Mahatma dan beberapa pengurus dengan didampingi Ketua PWNU Bangka Belitung KH Agus Erwin sudah menyampaikan permintaan maaf terkait dengan pernyataan yang dianggap telah melecehkan ulama tersebut.
Namun pihaknya mengaku belum bisa mencabut pernyataan tersebut dengan alasan pernyataan kelembagaan bukan pribadi pengurus. Pihaknya akan melakukan diskusi terlebih dahulu dengan cabang dan konsultasi bersama dewan penasihat.