Rokok dan Beras Penyumbang Kemiskinan Tertinggi Kaltim  

Reporter

Sabtu, 7 Januari 2017 09:47 WIB

Sungai Mahakam Samarinda. Tempo/Arnold Simanjuntak

TEMPO.CO, Samarinda – Komoditas beras dan rokok kretek menjadi penyumbang kemiskinan tertinggi di Provinsi Kalimantan Timur dari total jumlah penduduk miskin hasil pendataan BPS setempat pada September 2016 yang terdapat 211.240 jiwa warga miskin.

”Untuk daerah perkotaan peranan komoditas beras terhadap sumbangan kemiskinan sebesar 26,59 persen, sedangkan di daerah pedesaan perannya sebesar 23,73 persen,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kaltim M. Habibullah di Samarinda, Kamis, 5 Januari 2017.

Sedangkan peran komoditas rokok kretek filter terhadap andil kemiskinan di Kaltim untuk daerah perkotaan sebesar 11,63 persen, kemudian rokok kretek di daerah pedesaan memberikan andil kemiskinan sebesar 19,57 persen.

Kelompok komoditas lain yang turut menyumbang kemiskinan bagi warga Kaltim adalah telur ayam ras, daging sapi, daging ayam ras, mi instan, ikan tongkol, gula pasir, bawang merah, tempe, tahu, bandeng, susu, kue basah, dan cabai rawit.

Simak:
Masih ‘Hot’ Harga Cabai di Beberapa Daerah

Sedangkan penyumbang kemiskinan dari komoditas non-makanan, antara lain, adalah perumahan 41,06 persen di perkotaan dan 47,28 persen di pedesaan.

Kemudian andil listrik sebesar 11,29 persen untuk perkotaan dan 6,33 persen di pedesaan. Peran bensin sebesar 9,94 persen di perkotaan dan 13,13 persen di pedesaan, disusul pendidikan, perlengkapan mandi, pajak kendaraan bermotor, pakaian jadi anak-anak, dan angkutan yang polanya hampir sama, baik di kota maupun di desa.

Total sumbangan dari komoditas makanan terhadap garis kemiskinan di Kaltim mencapai 70,71 persen. Sedangkan sisanya, yang 29,29 persen, merupakan sumbangan dari non-makanan.

Menurut Habibullah, jumlah penduduk miskin di Kaltim yang sebanyak 211.240 jiwa atau 6 persen pada September karena pendapatan mereka masih berada di bawah garis kemiskinan, yang senilai Rp 526.686 per kapita.

Ia melanjutkan, persoalan kemiskinan bukan sekadar mengenai berapa jumlah atau persentase penduduk, tapi dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

”Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Semakin jauh dari angka nol, maka indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan semakin lebar,” katanya.

ANTARA

Baca juga:

Aktivitas Gunung Gamalama Meningkat, Status Tetap Waspada
Arief Yahya: Air Mancur Sri Baduga Purwakarta Akan Mendunia



Berita terkait

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

5 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

9 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

10 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

10 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

10 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

10 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

10 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

10 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

12 hari lalu

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Tony Blair dan Prabowo Subianto berdiskusi membahas isu-isu global dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju

Baca Selengkapnya