JK: Dinasti Politik Tak Selalu Identik dengan Korupsi

Reporter

Editor

Juli Hantoro

Jumat, 6 Januari 2017 19:12 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan dinasti politik tidak selalu identik dengan praktek korupsi. Sebab, korupsi pun bisa dilakukan kepala daerah yang berkuasa tanpa dinasti politik. "Dinasti itu ada yang korup, ada yang tidak. Tidak berarti begitu dinasti langsung korup," kata Kalla, Jumat, 6 Januari 2017, di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta.

Kalla mengatakan ini terkait kasus dugaan suap Bupati Klaten Sri Hartini yang tertangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi pada Jumat pekan lalu. Dia diduga menerima suap untuk memperdagangkan jabatan di Kabupaten Klaten. Dari rumah dinasnya, KPK menyita uang Rp 2 miliar dan sejumlah valuta asing dalam dollar Amerika dan Singapura.

Sri Hartini dilantik jadi bupati pada 17 Februari 2016. Sebelum menjadi Bupati Klaten, Sri Hartini merupakan Wakil Bupati Klaten dan berpasangan dengan Bupati Sunarna yang menjabat dua periode 2005-2015. Sunarna tidak lain adalah suami Sri Mulyani, yang menjadi Wakil Bupati Klaten saat ini. Adapun Sri Hartini adalah istri dari mantan Bupati Klaten Haryanto Wibowo.

Dari kasus Sri Hartini, Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif mengimbau masyarakat untuk jeli dalam memilih pemimpin menjelang Pemilihan Kepala Daerah. "Saya harap kepada masyarakat untuk lebih jeli dan pintar untuk cari pemimpin baru, karena kita akan ada pilkada lagi tidak akan lama lagi," kata Laode, Sabtu, 31 Desember 2016. Dia mengatakan Kepala Daerah yang berasal dari dinasti politik berpotensi melakukan korupsi.

Berbeda dengan Laode, Kalla mengatakan kepemimpinan daerah yang beralih ke keluarga juga ada yang baik. Di lain pihak, ada juga pemerintahan yang bukan dari dinasti politik yang terkena masalah. "Jadi jangan langsung anggap bahwa suatu pemerintahan yang berlanjut oleh keluarga lagnsung dianggap salah," kata Kalla.

Kalla melanjutkan, praktek dinasti politik adalah praktek yang terjadi di banyak negara. Di Singapura ada dinasti politik keluarga Lee Kwan Yew, di Amerika ada keluarga Bush yang dua kali menjadi presiden. Sementara di Jepang ada dinasti politik keluarga Fukuda, di Malaysia ada Najib Razak yang merupakan anak mantan Perdana Menteri ke-2 Malaysia Tun Abdul Razak. Begitu juga mantan PM Malaysia Mahatir Mohammad yang kini punya anak seorang menteri. "Ndak apa-apa dinasti politik. Dunia ini biasa saja, apalagi India, ada keluarga Ghandi dan Nehru. Itu bersambung terus itu, tiga sambungan, tidak ada soalnya," kata Kalla.

Lebih dari itu, Kalla mengatakan praktek dinasti politik juga diperbolehkan dalam undang-undang. Dia menyebut ada pihak yang pernah mengajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi untuk melarang dinasti politik. Namun, gugatan itu ditolak MK dengan alasan hak memilih dan dipilih adalah hak asasi manusia.

AMIRULLAH

Berita terkait

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

5 jam lalu

Hamas Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Mediasi dengan Israel

Hamas meminta bantuan dari Jusuf Kalla agar menjadi mediator guna mengakhiri perang dengan Israel.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

11 hari lalu

Jusuf Kalla Sebut Akar Konflik di Papua karena Salah Paham

Menurut Jusuf Kalla, pandangan masyarakat Papua seakan-akan Indonesia merampok Papua, mengambil kekayaan alamnya.

Baca Selengkapnya

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

12 hari lalu

Gilbert Lumoindong Dilaporkan ke Polisi, SETARA Institute: Pasal Penodaan Agama Jadi Alat Gebuk

Pendeta Gilbert Lumoindong dilaporkan ke polisi atas ceramahnya yang dianggap menghina sejumlah ibadah umat Islam.

Baca Selengkapnya

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

14 hari lalu

Digagas JK pada 2016, Ini Beda Rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Indonesia-Cina

Presiden Jokowi mendiskusikan rencana pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan Menlu Cina, pernah akan dibangun pada 2018.

Baca Selengkapnya

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

15 hari lalu

Dua Laporan Polisi soal Dugaan Penistaan Agama Gilbert Lumoindong

"Saya tidak ada niat, saya mencintai umat Muslim. Saya minta maaf," kata Gilbert Lumoindong

Baca Selengkapnya

Soal Pencalonan Anak Zulhas dan Ridwan Kamil di Pilgub DKI, Pengamat: Belum Pasti ada Politik Dinasti

24 hari lalu

Soal Pencalonan Anak Zulhas dan Ridwan Kamil di Pilgub DKI, Pengamat: Belum Pasti ada Politik Dinasti

Pandangan pengamat politik perihal isu pencalonan anak Ketum PAN dengan Ridwan Kamil di Pilgub DKI 2024.

Baca Selengkapnya

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

26 hari lalu

Jusuf Kalla Gelar Open House, Ada Anies Baswedan Hingga Figur Koalisi Perubahan yang Gantian Bertandang

Open house yang diadakan oleh JK dihadiri oleh Anies Baswedan, Hamdan Zoelva, hingga Tom Lembong selaku perwakilan koalisi perubahan.

Baca Selengkapnya

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

26 hari lalu

Rekonsiliasi Nasional, Jusuf Kalla Minta Hormati Proses di MK

Jusuf Kalla menilai positif kunjungan Roeslan Roeslani ke rumah Megawati Soekarnoputri. Soal rekonsiliasi nasional, ia menilai ada banyak waktu lain.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Silaturahmi ke Rumah Jusuf Kalla: Banyak Foto-Foto

26 hari lalu

Anies Baswedan Silaturahmi ke Rumah Jusuf Kalla: Banyak Foto-Foto

Anies Baswedan bersamuh dengan Jusuf Kalla pada hari pertama Lebaran. Mengaku tak bicara soal politik.

Baca Selengkapnya

Usai Salat Id di Masjid Al Azhar, JK Terima Kunjungan Tokoh di Rumahnya Besok

27 hari lalu

Usai Salat Id di Masjid Al Azhar, JK Terima Kunjungan Tokoh di Rumahnya Besok

Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) akan merayakan hari raya Idul Fitri 1445 H atau 2024 M di Jakarta. Rencananya, JK juga akan menerima kunjungan para kolega di kediaman pribadinya di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan.

Baca Selengkapnya