Dana Riset 2017, Pemerintah Gelontorkan Hampir Rp 1,4 T  

Jumat, 6 Januari 2017 13:22 WIB

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek), Muhammad Nasir. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhamamd Nasir mengatakan tahun ini pihaknya menggelontorkan dana untuk penelitian sebesar Rp 1,395 triliun. Selain itu ada penambahan alokasi untuk Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum sebesar Rp 380,4 miliar. Sementara untuk dana pengabdian kepada masyarakat juga dikucurkan senilai Rp 150 miliar.

“Kami ingin meningkatkan riset Indonesia menjadi lebih berkualitas,” kata Nasir di kantornya, Jumat, 6 Januari 2017. Ia menambahkan ada 17 skema pendanaan untuk riset dan 11 skema pendanaan untuk pengabdian kepada masyarakat. Dengan masing-masing pendanaan yang dikucurkan sebesar 14 ribu lebih untuk jenis riset dan 2 ribu lebih untuk pengabdian masyarakat.

Nasir juga mendorong kepada para rektor di perguruan tinggi untuk meningkatkan anggaran riset kepada mahasiswanya. Menurut dia, pelaksanaan riset lebih mudah dibanding pertanggungjawaban secara keuangan. Sehingga ia meminta kepada perguruan tinggi untuk tidak terlalu rumit dalam membuat pertanggungjawaban riset. Asalkan menerapkan good governance seperti transparansi dan akuntabilitas.

Menurut Nasir, riset di Indonesia masih kurang dibanding beberapa negara di Asia. Hal itu tercermin dari perbandingan belanja riset dan pengembangan setiap tahunnya. Pada 2014 perbandingan biaya riset di angka 0,08. Pada 2016 perbandingan biaya riset naik menjadi 0,2. Namun dibanding dengan Cina dan Korea Selatan, angka itu masih rendah. Sebab, mereka berada di atas angka 2.

Nasir menjelaskan permasalahan riset yang juga dialami Indonesia adalah soal komposisi dukungan pembiayaan riset. Ia mengatakan sebesar 75 pesen riset saat ini didukung oleh pemerintah. Sisanya, 25 pesen dibiayai industri. Padahal di negara-negara lain dukungan riset dari industri sudah mencapai 80 persen.

Untuk itu, pada 2017 ini Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi bakal menggandeng beberapa perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan Universitas Indonesia untuk bekerjasama dengan industri agar pembiayan riset bisa dilakukan industri.

Meski begitu, Nasir mengapresiasi jumlah publikasi riset yang mengalami peningkatan. Pada 2015 tercatat ada sekitar 5.400 hasil riset yang terpublikasi. Pada tahun selanjutnya, terhitung ada 6.230 riset yang terpublikasi. Ia mengharapkan pada 2017 publikasi riset terus meningkat dengan bekerjasama dengan industri. “Sudah ada mapping-nya, harus ada peningkatan,” kata dia.

DANANG FIRMANTO

Baca juga:
Gaji Asisten Bupati Rp 15 Juta Sebulan, Ganjar: Kecil Sekali
Di Penjara, Penulis Jokowi Undercover Khawatir

Berita terkait

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

28 hari lalu

BRIN Temukan Daur Ulang Baterai Litium Ramah Lingkungan

BRIN sebut tiga alasan mengapa daur ulang baterai litium sangat penting. Satu di antaranya alasan ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

26 September 2023

Dua Artikel Ilmiah Karya Dosen UGM Paling Banyak Disitasi, Apa Saja?

Universitas Gadjah Mada atau UGM masuk dalam jajaran top 50 dunia pada THE Impact Rankings 2023.

Baca Selengkapnya

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

20 Juli 2023

Rektor Stanford University Mundur karena Penelitian Ilmiahnya Dinilai Kurang

Pemimpin Stanford University, salah satu kampus yang paling bergengsi di AS, mundur setelah ditemukan kekurangan dalam penelitiannya tentang saraf.

Baca Selengkapnya

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

14 Juli 2023

2 Syarat dari BRIN Agar Penemuan Bisa Disebut Sebagai Inovasi

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dua syarat agar sebuah penemuan dapat disebut sebagai inovasi.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

14 April 2023

Bagaimana Artikel Ilmiah Bisa Lolos di Jurnal Bereputasi? Ini Kata Dosen Unpad

Tiga peneliti Unpad membagikan pengalamannya terkait pengalaman publikasi artikel ilmiah pada jurnal internasional bereputasi tinggi.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

6 April 2023

Pakar ITB Teliti Kepunahan Reptil dengan Tim Ilmuwan Dunia

Ilmuwan ITB Djoko T. Iskandar meneliti kepunahan reptil dan kaitannya dengan usaha konservasi tetrapoda.

Baca Selengkapnya

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

26 Maret 2023

Rancang Alat Deteksi Jenis Malaria, Mahasiswa ITB Raih Juara Pertama Festival Ilmiah

Tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) merancang alat deteksi lima jenis malaria.

Baca Selengkapnya

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

22 Maret 2023

Pakar ITB Teliti Keruntuhan Anak Krakatau 2018 untuk Pemodelan Tsunami Akurat

Dosen teknik geologi ITB meneliti keruntuhan tubuh Gunung Anak Krakatau sebagai tolok ukur pemodelan tsunami akurat.

Baca Selengkapnya

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

17 Januari 2023

Psikolog UI Teliti Penyebab Bungkamnya Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik

Psikolog UI Anna Armeini Rangkuti mengidentifikasi ada empat motif utama silence mahasiswa terhadap kesaksian adanya kecurangan akdemik.

Baca Selengkapnya

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

13 September 2022

Tips Menulis Esai Ilmiah dengan Baik, Mahasiswa Perlu Tahu

Simak tips menulis esai ilmiah yang baik dari Universitas Airlangga.

Baca Selengkapnya