TEMPO Interaktif, Indramayu:Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mengalami kerugian sekitar Rp 98 miliar akibat lahan pertanian yang mengalami puso. Kerugian ini belum termasuk dampak lain dari kekeringan pada sejumlah areal persawahan.Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Apas Fahmi, kerugian dihitung berdasarkan biaya produksi selama musim tanam. “Biaya produksi meliputi bibit, pupuk, dan ongkos tanam,” katanya, Selasa.Dia menjelaskan, nilai kerugian belum termasuk hilangnya hasil produksi di mana setiap hektare lahan tanaman padi diperkirakan menghasilkan Rp 14 juta. "Apabila petani kehilangan hasil produksi itu dihitung, nilai kerugian bisa lebih besar lagi," tuturnya. Areal tanaman padi yang mengalami puso, Apas mengatakan, mencapai 14.101 hektare. Sedangkan lahan pertanian yang mengalami kekeringan berat kurang lebih 5.929 hektare, kekeringan sedang seluas 2.997 hektare, dan kekeringan ringan mencapai 1.910 hektare.Apas menambahkan, kekeringan yang terjadi pada tahun ini tergolong cukup parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Salah satu faktornya adalah, adanya perubahan pola musim kemarau. "Selain itu juga adanya kemunduran musim tanam akibat bencana banjir awal 2006 lalu."Dia mengungkapkan, akibat kekeringan yang terjadi saat ini juga menyebabkan rawan pangan bagi sebagian petani. Untuk mengatasinya, pemerintah Indramayu sedang mengajukan bantuan ke pemerintah pusat maupun provinsi. “Bantuan akan akan langsung disalurkan kepada petani untuk memulai musim tanam berikutnya,” tutur Apas. IVANSYAH
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, memberikan bantuan untuk meningkatkan produksi sektor pertanian dan perkebunan di Sulawesi Barat (Sulbar).