Jatikuning, Dusun Anti Rentenir di Gunung Kidul  

Jumat, 4 November 2016 04:02 WIB

Ilustrasi penggandaan uang. Shutterstock

TEMPO.CO, Yogyakarta - Sederet tulisan berwarna merah pada papan yang tak seberapa lebar dengan panjang sekitar satu meter menggelitik orang yang jeli membaca. Papan itu ditempel di dinding samping bangunan warung kelontong di jalan yang menjadi akses tujuan ke lokasi wisata Gunung Api Purba dan Embung Nglanggeran. Bunyinya: "Selamat Datang di Dusun Jatikuning. DUSUN ANTI RENTENIR".

Jatikuning adalah salah satu dusun di Desa Ngoro-Oro, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul. Julukan "Dusun Anti Rentenir" disematkan oleh Camat Patuk Ambar Suwardi dua tahun silam. Julukan ini diberikan untuk mencegah rentenir alias 'bank plecit' datang dan beroperasi di dusun kecil itu. Kepala Dusun Jatikuning. Munawar (51 tahun) mengklaim: belum pernah ada kisah warganya menjadi korban rentenir.

“Sampai saat ini memang tidak ada warga yang jadi korban. Cerita rentenir yang masuk ke sini pun belum saya dengar,” kata Munawar saat ditemui Tempo di kediamannya di Jatikuning, Rabu, 26 Oktober 2016.

Nama itu dicanangkan semata karena letak geografis Jatikuning. Dusun itu menjadi pintu masuk untuk menuju kawasan Desa Ngoro-oro. Artinya, apabila orang akan menuju wilayah Ngoro-oro, maka dusun pertama yang dilewati adalah Jatikuning. “Kalau rentenir bisa masuk ke Jatikuning, berarti mudah masuk ke Ngoro-oro,” kata Munawar.

Warga khawatir, keberadaan rentenir akan menjerat mereka. Soalnya sebanyak 85 persen dari 772 jiwa warga di sana bermata pencaharian sebagai petani. Rentenir biasanya kerap datang memberi iming-iming pinjaman dengan bunga mencekik menjelang panen. Mereka kemudian akan datang untuk menagih utang saban hari atau setiap pasaran. “Model tagihan seperti itu tentu memberatkan petani,” kata Munawar.

Tak hanya menolak kehadiran rentenir yang sering datang dengan penampilan necis ala pegawai bank beneran, warga juga bersikap waspada pada orang-orang yang datang untuk menawarkan kredit barang-barang kebutuhan rumah tangga. “Warga takut ditipu,” kata Munawar.

Upaya untuk mencegah warga terlena oleh tipu daya rentenir, mereka kini membuat kelompok-kelompok usaha simpan pinjam sendiri. Usaha itu diinisiasi oleh warga yang bergabung dalam PKK, Karang Taruna, juga kelompok tani. Warga akan menyisihkan penghasilannya untuk ditabung di kelompok itu. Dalam kurun waktu tertentu, tabungan dibuka dan dibagikan. Apabila sebelum jatuh tempo ada warga membutuhkan, maka yang bersangkutan bisa meminjam.

Tabungan akan kena potongan 1-1,5 persen dengan besaran sesuai kesepakatan anggota untuk honor pengelola usaha simpan pinjam. “Biasanya petani yang tertolong dengan usaha simpan pinjam itu,” kata Munawar.

Sumbangan warga untuk memperkuat permodalan koperasi ini tentu bakal amat bermanfaat.

PITO AGUSTIN RUDIANA


Berita terkait

Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang

56 hari lalu

Jokowi Puji 'Mama Muda' di Forum Ekonomi: Saya Senang

Presiden Joko Widodo memuji perkembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah di tanah air.

Baca Selengkapnya

Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan

27 Februari 2024

Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan

Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.

Baca Selengkapnya

Jenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati

3 Februari 2024

Jenis dan Contoh UMKM di Indonesia yang Banyak Diminati

Keberadaan UMKM di Indonesia kian meningkat karena memiliki daya tarik tersendiri. Pahami jenis dan contoh UMKM di Indonesia yang banyak diminati.

Baca Selengkapnya

Terbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil

31 Desember 2023

Terbitkan 7,1 Juta Nomor Induk Berusaha Via OSS, BKPM: Didominasi Usaha Mikro Kecil

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menerbitkan sebanyak 7.146.105 nomor induk berusaha (NIB).

Baca Selengkapnya

Lampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo

10 Desember 2023

Lampaui Target, BRI Catat Business Matching Rp 1,26 T Lewat UMKM Expo

BRI mencatat business matching antara UMKM dengan pembeli di luar negeri melalui UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur 2023 mencapai Rp 1,26 triliun.

Baca Selengkapnya

Keberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia

15 November 2023

Keberhasilan Kupedes BRI terhadap Pelaku Usaha Mikro di Indonesia

Terus tumbuh kuat, kinerja kredit segmen mikro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI tercatat semakin baik pascapandemi.

Baca Selengkapnya

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

2 Oktober 2023

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

Undang-Undang Cipta Kerja Bentuk Keberpihakan Pemerintah kepada Usaha Mikro Kecil

Baca Selengkapnya

Hari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro

12 Agustus 2023

Hari UMKM Nasional, BRI Tegaskan Komitmen Dukung Pembiayaan Mikro

BRI optimistis segmen mikro dapat berkontribusi sebesar 45 persen dari total portofolio pembiayaan.

Baca Selengkapnya

Pemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar

2 Agustus 2023

Pemasaran Produk UMKM, Dosen ITB: Media Sosial untuk Menyasar Target Pasar

Pemasaran UMKM di media sosial membutuhkan kata kunci pesan untuk menyasar target pasar

Baca Selengkapnya

Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026

14 Juli 2023

Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026

Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.

Baca Selengkapnya