Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan keterangan pers mengenai pembebasan ABK WNI yang disandera Kelompok Militan Abu Sayyaf, Jakarta, 2 Oktober. (Tempo/ Mawardah)
TEMPO.CO, Jakarta - Dua warga negara Indonesia awak kapal Charles 001 masih disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berharap keduanya dapat bebas bulan ini.
"Mudah-mudahan bulan ini. Kan bukan seperti tangkap macan, yang tinggal jalan," ujar Ryamizard di kompleks Jakarta International Expo Center, Kemayoran, Rabu, 2 November 2016.
Ryamizard mengatakan pemerintah berhati-hati dalam bertindak. Dia meyakinkan bahwa upaya penyelamatan WNI yang diculik pada 21 Juni lalu itu tetap berjalan. "Kan ingin cari selamat juga. Kalau salah-salah (bertindak), ditembak, bagaimana?" ujarnya.
Dalam rangka pencegahan perompakan laut, Ryamizard mengaku sudah memulai rencana patroli bersama negara-negara tetangga. Rencana itu sebelumnya sempat dibicarakan secara bertahap, yakni antara Menteri Pertahanan Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
"Sekarang baru patroli dengan Filipina, yang bertiga dirancang awal tahun depan," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu.
Pembebasan WNI sandera Abu Sayyaf telah dilakukan berturut-turut sejak Agustus 2016. Dari total 11 WNI yang diculik di wilayah rawan pada Juni, Juli, dan Agustus, sebanyak 9 orang telah bebas.
Dua awak kapal Charles 001 berhasil melarikan diri saat markas Abu Sayyaf digempur Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF). Tiga orang dari kapal yang sama dibebaskan lewat negosiasi, bulan lalu.
Pemerintah RI pun mendapat bantuan Filipina untuk membebaskan tiga nelayan asal Nusa Tenggara Timur dan seorang pelaut asal Sulawesi Selatan, yang diculik kala bekerja di kapal pukat ikan berbendera Malaysia.