Mbah Maridjan Ternyata Menolak Tanggul Erupsi Gunung Merapi  

Reporter

Editor

Mustafa moses

Minggu, 30 Oktober 2016 08:07 WIB

Mbah Maridjan, juru kunci Merapi, berbincang dengan seorang relawan di rumahnya di Kinahrejo, Umbulharjo, Sleman, Yogyakarta, sehari sebelum meletusnya Gunung Merapi, (25/10). TEMPO/Arif Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Mantan juru kunci Gunung Merapi Raden Ngabehi Surakso Hargo atau yang lebih dikenal dengan nama Mbah Maridjan, ternyata pernah menentang pembangunan sabo dam di kawasan lereng gunung api itu. Sabo dam adalah tanggul dan bak yang akan menampung lungsuran material dari mulut gunung.

Mbah Maridjan menilai sabo dam menghalangi aliran material Merapi yang turun saat erupsi terjadi. Hal tersebut diungkapkan penulis buku Melacak Mitos Merapi: Peka Bencana, Kritis Terhadap Kearifan Lokal, Ibnu Subiyanto, dalam acara diskusi Refleksi Letusan Merapi 2006 dan 2010 di Bambino’s Café Yogyakarta, Jumat, 28 Oktober 2016.

“Merapi kalau mau membuat jalan akan jalan sendiri. Tidak perlu ditutupi dam. Itu harus dibongkar,” kata Ibnu menirukan perkataan Mbah Maridjan kala itu. Ibnu adalah mantan Bupati Sleman. Mbah Maridjan meninggal pada Oktober 2010, saat Gunung Merapi meletus.

Saat itu, Ibnu bertemu Mbah Maridjan ketika meninjau proyek di Merapi sekitar 2001. Persoalannya, negara akan rugi apabila hasil proyek pemerintah pusat itu dibongkar.

Protes Mbah Maridjan itu pula yang menjadi alasan Ibnu menulis buku tentang Merapi yang diterbitkan Galang Press itu. Penulisan buku dilakukan dengan tulis tangan ketika Ibnu berada di dalam penjara di Lembaga Pemasyarakatan Sleman di Cebongan.

Ibnu ditahan karena terlibat kasus korupsi buku di Sleman dan divonis empat tahun penjara pada 2010. “Saya heran, mengapa Mbah Maridjan menghalangi? Saya mau bongkar mitos itu,” kata Ibnu.

Menjelang erupsi Merapi pada 2006, Ibnu pun pernah bertemu seorang kakek tua di Gunung Kendhil. Dia menanyakan ihwal wedhus gembel yang menjadi karakter tiap kali Merapi erupsi. “Simbah itu bilang, kalau di puncak itu kelihatan jengger (seperti daging warna merah di kepala ayam jago), berarti ada air panas (lahar),” ujar Ibnu.

Perkataan laki-laki tua yang tak kasat mata itu pun dicoba dibuktikan. Ibnu melihat bahwa setiap kali wedhus gembel atau awan panas akan turun, maka diawali dengan turunnya lahar panas berwarna merah dari puncak Merapi. Hal itu menjadi penanda bagi ilmuwan dan masyarakat untuk waspada terhadap erupsi gunung api aktif tersebut.

Dari mitos-mitos yang dibangun masyarakat sekitar lereng Merapi itu, Ibnu menyimpulkan bahwa mitos adalah aturan main yang dibangun nenek moyang atas kejadian masa lalu. Pada dasarnya, mitos pun dibangun secara ilmiah karena berdasarkan pengalaman empiris. “Mitos yang menjadi regulasi itu dibuat karena masyarakat bodoh. Susah diberi pemahaman,” kata Ibnu.

Mantan Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo pun tidak menampik supranatural menjadi salah satu pendekatan untuk proses mitigasi bencana, selain pendekatan keilmuan. Supranatural memahami fenomena alam terjadi karena ada aktor yang menggerakkan.

Sedangkan keilmuan melihat alam mengalami proses natural yang digerakkan hukum alam. “Dua pendekatan itu mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk menyelamatkan manusia dari ancaman bencana. Bukan masalah percaya tak percaya ,” kata Subandriyo.

Sebagai ilmuwan, Subandriyo tetap menggunakan pendekatan keilmuan dalam merumuskan kebijakan dan mengambil keputusan dalam mitigasi bencana. Meskipun, pengalaman supranatural tidak menutup kemungkinan juga dialami. “Saya harus konsisten dengan kaidah ilmu alam. Kalau ilmu itu salah, bisa dikaji ulang,” kata Subandriyo.

PITO AGUSTIN RUDIANA

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

2 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

10 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Cerita dari Kampung Arab Kini

11 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

14 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

17 hari lalu

Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

Sleman menggelar sejumlah atraksi, mulai dari kesenian tradisional hingga pentas musik pada 13 hingga 15 April 2024.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

25 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

29 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

33 hari lalu

Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

Pasar takjil di Kaliurang lereng Gunung Merapi akan diubah menjadi Festival Kuliner Kaliurang selama libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

34 hari lalu

Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.

Baca Selengkapnya

Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

43 hari lalu

Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.

Baca Selengkapnya