Bikin Pengajian, Dimas Kanjeng Tak Mengerti Agama, Kenapa?

Reporter

Sabtu, 1 Oktober 2016 19:10 WIB

Padepokan Dimas Kanjeng di perbatasan Desa Wangkal dan Desa Gadingwetan, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Rabu, 28 September 2016. TEMPO/ISHOMUDDIN

TEMPO.CO, Surabaya - Khatib Syuriah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur Syafrudin Syarif mengatakan apa yang dilakukan Dimas Kanjeng Taat Pribadi bukanlah penyimpangan agama melainkan penyalahgunaan agama. Menurut Syarifudin, pimpinan Padepokan Dimas Kanjeng itu tidak mengerti agama.

"Karena memang dia tidak mengerti tentang agama dan tidak pernah memberi pengajian. Dia hanya mengelabui pengikutnya dengan mengundang orang untuk berceramah," ujar Syarif kepada wartawan di kantor PWNU Jawa Timur, Sabtu, 1 Oktober 2016.

Syarif mengaku sejak 2014 pihaknya diminta ulama setempat untuk mengeluarkan fatwa terhadap Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Namun Syarif meminta bersabar sembari mencari cela padepokan, sebab dengan pengikut ribuan orang dan sumber dana yang sangat besar harus berhati-hati.

Baca: Pangdam Brawijaya: Oknum TNI-Polri Tameng Dimas Kanjeng

Dengan terungkapnya kasus penipuan dan penggandaan uang yang dilakukan Dimas Kanjeng, Syarif meminta pemerintah menutup padepokan. Dia mengimbau kepada para pengikutnya sadar dan kembali kepada ulama dan kiai yang sebenarnya. "Dimas Kanjeng bukan kiai dan pedepokannya juga bukan pesantren."

Dia pun berharap Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama Probolinggo, Majelis Ulama Indonesia, serta organisasi Islam di Probolinggo membantu pemerintah merehabilitasi dan memberikan arahan kepada pengikut Dimas Kanjeng. Terutama mereka yang masih setia tinggal di Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo.

Baca: Wagub Saifullah Yusuf Minta Padepokan Dimas Kanjeng Ditutup

Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf juga meminta Padepokan Dimas Kanjeng ditutup. Menurut Gus Ipul—sapaan Saifullah—ajaran Taat Pribadi terbukti menyesatkan masyarakat. "Sebaiknya (padepokan itu) ditutup saja," katanya saat ditemui di Gedung Negara Grahadi, Sabtu, 1 Oktober 2016.

Saifullah menuturkan, bila padepokan itu tidak segera ditutup, dia khawatir akan semakin banyak orang yang datang ke tempat tersebut. Selain itu, kata Saifullah, Padepokan Dimas Kanjeng sudah pantas ditutup karena dinilai menyebarkan ajaran takhayul. "Sebaiknya aktivitas menyebarkan ajaran-ajaran yang menyimpang dari syariat Islam dihentikan saja," ujarnya.

Ia pun mengusulkan agar bangunan padepokan itu dibuat sekolah atau pesantren. Sebab, jika dimanfaatkan untuk sekolah atau pesantren, bahan ajarnya bisa dipantau.

NUR HADI | EDWIN FAJERIAL

Baca juga:
Ingat Skandal Papa Minta Saham? Nama Novanto Dipulihkan: Aneh Sekali!
Pilkada DKI: Awas, Tiga Jebakan Ini Bisa Kini Ahok Kalah

Berita terkait

4 Tips Hindari Jadi Korban Penipuan Transaksi Digital

16 jam lalu

4 Tips Hindari Jadi Korban Penipuan Transaksi Digital

Berikut empat tips agar terhindar dari modus penipuan transaksi digital. Contohnya pinjaman online dan transaksi digital lain.

Baca Selengkapnya

PDIP Surabaya Usulkan ke DPP Inkumben Eri Cahyadi-Armuji Maju Pilkada Kota Surabaya

21 jam lalu

PDIP Surabaya Usulkan ke DPP Inkumben Eri Cahyadi-Armuji Maju Pilkada Kota Surabaya

PDIP Surabaya mengusulkan wali kota - wakil wali kota inkumben Eri Cahyadi-Armuji maju ke Pilkada Kota Surabaya 2024.

Baca Selengkapnya

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

1 hari lalu

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

Surat berlogo dan bersetempel KPK tentang penyidikan korupsi di Boyolali ini diketahui beredar sejumlah media online sejak awal 2024.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

1 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Begini Cara Memblokir SMS Spam atau Penipuan

3 hari lalu

Begini Cara Memblokir SMS Spam atau Penipuan

Jika Anda tak ingin menerima SMS spam atau penipuan, lakukan ikuti langkah berikut.

Baca Selengkapnya

Vietnam Penjarakan Konglomerat Lagi, Pengusaha Minuman Terjerat Penipuan Rp 648 M

6 hari lalu

Vietnam Penjarakan Konglomerat Lagi, Pengusaha Minuman Terjerat Penipuan Rp 648 M

Vietnam kembali melakukan tindakan keras dalam pemberantasan korupsi dengan memenjarakan konglomerat minuman ringan.

Baca Selengkapnya

Eri Cahyadi Terima Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

6 hari lalu

Eri Cahyadi Terima Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengukir sejarah baru dalam kepemimpinannya di Kota Surabaya.

Baca Selengkapnya

Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya Rampung 2024

8 hari lalu

Pembangunan Infrastruktur di Kota Surabaya Rampung 2024

Sejumlah pembangunan infrastruktur di Kota Surabaya ditargetkan rampung di tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen

13 hari lalu

Kementerian Perdagangan Sebut Sektor Penjualan Online Terbanyak Mendapat Keluhan dari Konsumen

Kementerian Perdagangan menyebut sektor penjualan online paling banyak dilaporkan keluhan konsumen lantaran banyak penipuan. Selain itu, Kemendag telah menutup setidaknya 223 akun yang diindikasi sebagai penipu.

Baca Selengkapnya

Kelola Penggunaan Media Sosial agar Tidak Stres dengan Tips Berikut

16 hari lalu

Kelola Penggunaan Media Sosial agar Tidak Stres dengan Tips Berikut

Berikut beberapa tips untuk meminimalkan dampak penggunaan media sosial terhadap tingkat stres pada peringatan Bulan Kesadaran Stres.

Baca Selengkapnya